May 09, 2012

ONDE ONDE IMUT –Ep04-

Author : Shin Rye Ra
Cast :
. Lee Hyuk Jae
. Lee Donghae
. Kim Na Na *Fiction*
. Chan Ah Na *Fiction*
Rate : AG
Genre : Romance enggak, humor enggak. -,- *Apa deh*

Annyeeoooong, OOI part 4 is comiing :D
Langsung aja deh, tapi jangan lupa RCL, biar Author bisa lanjutin nih FF :o
Happy reading^^

“Aku mencintaimu tanpa sebab, karena jika aku mencintaimu dengan suatu alasan, dan ketika alasan itu hilang, maka aku tak akan memiliki alasan untuk mencintaimu lagi”

^^^^^^^

-Na Na’s POV-

“Oppa?”

“Si Hae~ah?”

^^^^^^^

“Apa yg kau lakukan Si Hae?”, tanya suamiku. Siapa yeoja ini?
“Oppa, aku hamil”, kata yeoja itu sambil mengelus perutnya.

JENGJENGJENGJENG!!
Aku hanya bisa melongo mendengar ucapannya.
Terus apa hubungannya dengan suamiku?

“Terus?”, tanya Kunyuk dengan raut terkejut sama sepertiku.
“Ini anakmu Oppa”

JDHUARR!!
Aku tak percaya. Ia.. ia.. dengan yeoja itu? Air mata mulai membanjiri pipiku, aku menatap ke arahnya, ia juga sedang melihatku, tak tau kenapa saat ini aku tak bisa marah padanya.

“itu bohong”, ucapnya lemah.

Aku harus percaya siapa?

“Oppa, aku butuh pertanggungjawabanmu”, dia merengek-rengek sambil menarik-narik lengan baju Kunyuk.
“Yak! Apa buktinya kau hamil? Dan apa buktinya kalau itu anakku?”, tanya suamiku.

“Aku hanya melakukannya sekali dan itu hanya denganmu”, katanya sambil menyodorkan amplop besar berwarna coklat.

“Yak! Aku bahkan tak pernah tidur denganmu! Kau jangan bohong!”, aku yg mendengar percakapan mereka bingung, mana yg harus kupercaya?

Eunhyuk~ah, kenapa di saat aku mulai membuka hati untukmu, kau hempaskan aku seperti ini?

Kulihat Eunhyuk membuka amplop coklat itu, disitu tertera bahwa Park Si Hae positif hamil, Seoul Hospital.

JLEB!
Ada beribu-ribu tombak yg menancap dihatiku. Hal ini terjadi karena aku mulai mencintainya atau aku hanya tak terima suamiku menghamili yeoja lain?

Ada ekspresi marah di wajah Eunhyuk. Ia menarik tanganku dan membawaku pergi dari taman. Aku tak bisa apa-apa. Dari belakang aku mendengar yeoja itu memanggil-manggil nama suamiku sambil menangis. Aish~ What should I do?

“Pulanglah, sudah malam”, kataku padanya, aku berusaha menahan emosi dan air mataku sekeras mungkin.
“Kau tak marah?”, tanyanya penuh harap. Aku menggeleng pelan. Senyum muncul dibibir kecilnya.
“gumawo, chagi~ya”, ia mengecup puncak kepalaku. Aigoo~ Aku semakin bingung dibuatnya. Aku sudah berniat untuk memintanya menceraikanku dan menikahi yeoja yg ia hamili tadi.

^^^^^^^

Di dalam kamar aku menumpahkan semuanya pada Ah Na, aku menangis sederas-derasnya. Ia terus berusaha menenangkanku, tapi aku juga tak kunjung tenang. Aku terus menangis hingga aku lelah dan tertidur. Aku lelah fisik, aku lelah pikiran.

Rupanya aku hanya tertidur sebentar, pukul 2 malam aku terbangun dan tak bisa tidur lagi. Aku membulatkan keputusanku, aku benar-benar akan menghilang dari kehidupan seorang Lee Hyuk Jae. Aku menulis pesan untuk Ah Na dan segera membereskan barang-barangku meninggalkan rumah menuju Mokpo. Ya, aku akan menetap disana.

For : Ah Na
Na, mianhae, aku harus pergi, pergi menjauh dan menghilang dari kehidupan Lee Hyuk Jae. Oya tolong sampaikan pesanku padanya untuk menikahi yeoja itu, jagalah dia dan bayinya baik-baik. Itu pesanku padanya. Na, kapan-kapan aku akan memberitahumu dimana aku berada, tapi aku mohon jangan beritahu siapapun, termasuk Donghae Oppa. Gumawo Na^^ Saranghae. Na Na.

^^^^^^^

Aku sudah menemukan penginapan kecil di Mokpo, cukup nyaman. Na Na yg sekarang harus lebih tegar dari sebelumnya. Na Na yg sekarang gak boleh nangis lagi. Na Na yg sekarang harus kembali ceria. Hwaiting!!

-Hyuk Jae’s POV-

Setelah selesai dengan pekerjaanku siang ini aku berniat langsung menemui Na Na. Aigoo aku meridukannya. Sampai di depan dorm, yeoja itu muncul lagi. Kali ini apa?

“Oppa, nikahi aku”, ucapnya dengan wajah penuh harap. Maaf saja Nn. Si Hae, aku tak akan terhipnotis lagi oleh wajahmu.
“Andwae! Aku sudah memiliki istri”, aku meninggalkannya begitu saja, aku tak memperdulikannya yg terus memanggil-manggil namaku, kan yg di panggil namaku, bukan aku, kekeke~ *PLAK*

Sampai di rumah Halmeoni Na Na aku langsung mengetu pintunya. Yoon Ra yg membukakannya, ia menatapku ehm.. bisa dibilang sinis.

“Mau apa Oppa kesini?”, tanyanya yg ternyata dugaanku benar, ia sinis padaku.
“Mencari istriku”, jawabku.
“Dia sudah tidak disini”
“Mwo? Eodiga?”
“Sebaiknya jangan mencari Na Na lagi”, kata suara dibelakang Yoon Ra. Itu Ah Na, dari nada bicaranya aku merasa ia tak marah padaku, ia begitu tenang.
“Waeyo?”, tanyaku padanya. Yoon Ra kembali masuk ke dalam, entah kemana.
“Dia sudah pergi”, jawabnya lagi dengan tenang. Apa dia tidak tau masalahku? Atau dia percaya padaku?
“Eodiga?”
“Aku juga tak tau. Masuklah dulu, kubuatkan coklat hangat”, ia masuk dan aku mengekorinya masuk.

“Aku tak tau kapan ia pergi, yg jelas tadi pagi aku bangun ia sudah tak ada, dan hanya meninggaliku sebuah pesan bahwa ia akan pergi, menjauh dan menghilang dari kehidupanmu. Dan ia juga memintaku untuk menyampaikan pesan ini untukmu, ia ingin kau menikahi yeoja itu, yeoja yg kau hamili, ia menyuruhmu untuk menjaganya dan bayinya, itu pesannya”, jelasnya setelah ia meletakkan coklat panas di depanku.
“Ige mwoya? Aku bahkan tak pernah tidur dengannya!”, kataku dengan nada sedikit meninggi.
“Aku percaya padamu kau tak akan melukainya”, ia tersenyum padaku, aku lega ada yg percaya padaku. Oh Donghae~ya, kurestui kau dengan yeoja ini.
“Kau percaya padaku?”, tanyaku memastikan, ia mengangguk pelan sambil tersenyum.
“Gumawo”, aku membalas senyumnya.

“Oppa, apa kau membawa kertas yg menyatakan bahwa yeoja itu hamil?”, tanyanya.
“Kau simpan saja, aku juga tak membutuhkannya”, kataku sambil menyerahkan amplop coklat itu padanya.
“Baiklah, aku pamit dulu. Annyeoong~”, lanjutku sambil beranjak dari tempat duduk. Tapi ia menarik tanganku.
“Oppa, sampaikan salam rinduku pada Donghae Oppa”, ucapnya sambil merengek padaku. Aigoo dasar yeoja ini. Aku mengacak rambutnya pelan.
“Ne”

-Na Na’s POV-

“Jangan Ah Na, kau tetap tinggal bersama Halmeoni saja. Jika kau tinggal bersamaku, cepat atau lambat Haeppa akan mengetahuinya”, kataku pada Ah Na yg bersikeras untuk menemaniku disini.
“Na, aku mempercayai Eunhyuk Oppa bahwa bukan ia yg menghamili yeoja itu”, katanya dengan wajah serius.
“Aku tak ingin membahasnya”, balasku jutek.
“Na, dengerin aku, aku tau seberapa Hyukppa mencintaimu, aku membaca semua e-mail darinya untukmu, dia benar-benar mencintaimu Na”, dia memandangku penuh harap agar aku mempercayainya.

Tiba-tiba ponsel Ah Na berdering, melantunkan lagu My Everything milik Donghae. Aish, kini hidupnya penuh dengan Donghae, padahal dulu kan Yeppa.

“Yeoboseyo?”
“…………….”
“Ah ye”

Percakapan itu berakhir singkat.

“Na, mianhae aku harus menemui Haeppa, pikirkan baik-baik kata-kataku barusan”, kata Ah Na terburu-buru lalu mencium keningku dan meninggalkanku pergi.

-Author’s POV-

“ada apa Oppa?”, tanya Ah Na pada Hae ketika Ah Na sampai di dorm SuJu.
“Hyuk tidak mau keluar kamar, tidak mau makan, tidak mau latihan, bahkan jobnya saja ia acuhkan”, kata Hae dengan ekspresi sangat khawatir.
“Katakan padanya untuk menikahi yeoja itu, ini permintaan langsung dari Na Na”, kata Ah Na tegas.
“Apa kau tau dimana Na Na sekarang? Hyuk Jae benar-benar terpuruk lagi. Kali ini lebih parah”, kata Hae dengan raut masih penuh dengan kecemasan. Ah Na menggeleng pelan sambil menundukkan kepala.

Mianhae Oppa, aku membohongimu, kata Ah Na dalam hati.

-Hyuk Jae’s POV-

Aku memutuskan seharian ini aku akan berada di dalam kamar. Aku tak ingin bertemu dengan siapapun, terutama Si Hae, yeoja yg membuatku terpisah lagi dengan istriku. Apa maunya? Apa iya memang aku yg menghamilinya?

Mataku sudah bengkak, semalaman aku menangis. Menangisinya, menangisi nasibku, menangisi semua ini. Na Na, kenapa kau harus pergi lagi dari kehidupanku?

“Oppa..”, aku mendengar suara lirih dari luar kamarku.
“Nugu?”, tanyaku dengan suaraku yg masih sumbang.
“Hyuk keluarlah, jebal”, itu suara Hae, berarti yg tadi adalah suara Ah Na.

Aku menuruti mereka, aku keluar kamar dan berharap bahwa Ah Na akan memberiku kabar baik. Kami sama-sama duduk di meja makan.

“Oppa, ini permintaan langsung dari Na Na, nikahi yeoja itu”, aku hanya menunduk pasrah. Apa aku akan menuruti kemauan istriku itu?
“Aku.. aku tak tau harus apa. Semua ini begitu berat”, aku meninggalkan mereka di dapur. Aku keluar dorm dan mendapati yeoja itu lagi.
“Oppa, ini anakmu”, katanya sambil menunjuk-nunjuk perutnya.
“Lalu?”
“Nikahi aku”, untuk yg kesekian kalinya ia berkata seperti itu.
“Ne”, aku menghela napas panjang kemudian meninggalkannya.

Na, kau dengar aku? Apa kau sedang mendengarkan isi hatiku? Aku merindukanmu Na. Dulu memang perkawinan kita itu karena kecelakaan yg kuperbuat, tapi itu bukan suatu penyesalan untukku, kini aku mencintaimu Na, neomu saranghae, dan aku bahagia karena aku mencintaimu. Na, apa ini keputusan terbaik kita? Apa kau benar-benar ingin aku menikahi yeoja yg kini tak kucintai lagi? Apa kau tak mencintaiku? Jawab Na!

>
I miss you, I miss you so bad
I don’t forget you, oh, it’s so sad
I hope you can hear me, I remember it clearly
The day you slipped away, was the day I found it won’t be the same
I didn’t get around to kiss you, goodbye in our hand
I wish that I could see you again, I know that I can’t
I hope you can hear me, cause I remember it clearly
>

Sudah sejam aku menangis dan aku lelah. Sangat lelah.

-Na Na’s POV-

Sudah 2 minggu berjalan. Sudah 2 minggu aku tak tau kabar suamiku. Sudah 2 minggu aku disini dan aku cukup tenang disini, walau awalnya banyak mata yg terus memperhatikanku, bahkan ada yg nekat menanyaiku apa aku istri Lee Hyuk Jae. Kujawab saja tidak. Gimana ya kabar suamiku? Apa dia tetap saja jelek? *PLAK*

Aku terus berjalan kecil mengitari tempat ini, Mokpo, tempat yg indah, pikirku. Aku sedang berjalan kecil untuk kembali menuju rumahku, di depan rumahku aku melihat ada orang mencurigakan. Ia clingak-clinguk gak jelas di rumah depan rumahku. Pakaian serba hitam mengenakan masker, topi, dan juga kacamata hitam.

Aku sudah berniat untuk cari aman dan kabur tapi ia melihatku, oh no!

“Kyaaaaa”, aku berlari masuk ke rumah dan orang itu mengejarku. Dan bodohnya aku, aku lupa mengunci pintu depan. Dan dengan mudah maling itu masuk rumahku.

“Ampuun tuaan, jangan apa-apakan saya, saya sudah punya suami tuan, suami saya saja belum menyentuhku”, kataku padanya saat aku sudah terpojok di sudut ruangan sambil berjongkok. Ia hanya berdiri menatapku, entahlah, ia pakai kacamata.
“Kau mengaku memiliki suami tapi kau malah meninggalkannya, kau mengaku memiliki suami tapi malah menyuruh ia menikahi yeoja lain”, kata namja itu sambil membuka masker, topi, dan kacamatanya. MWO?? Haeppa? Bagaimana ia bisa ada disini?
“Do-Donghae Oppa?”, ucapku lirih. Matilah aku!
“B-bagaimana kau bisa ada disini? Dan ngapain Oppa tadi clingak-clinguk kayak mau maling rumah depan?”, tanyaku lagi.
“Itu rumahku babo!”, ia menjendul kepalaku, aish.
“Aigoo, kau bahkan tak tau? Kau harus belajar tentang Super Junior nak!”, katanya lagi sambil mengacak rambutku, aku kehabisan kata.

“Hyuk sudah menyetujui untuk menikahi Si Hae”, kata Haeppa setelah aku mempersilahkan ia untuk duduk di sofa ruang tamu rumah sederhanaku ini.

DEG!
Apa ini? Kenapa perasaanku jadi begini?

“Syukurlah”, itulah yg akhirnya keluar dari mulutku dengan senyum kecilku.
“Apa kau yakin? Kenapa kau menyuruh Hyuk menikahi yeoja itu? Dia masih berstatus suamimu”, ucapnya tak sabar.
“Karena yg lebih membutuhkan Hyuk adalah yeoja itu, ia mengandung anak Hyuk”, kataku lebih tak sabar.
“Geudaeyo? Arasto, 2 bulan lagi Hyuk akan menikah dengan yeoja itu. Apa kau mau datang?”, tanyanya sambil menyeruput the hijau yg tadi kusajikan untuknya.
“Andwae! Jangan beritahu Kunyuk~ah kalau aku disini ya Oppa?”, kataku memohon padanya.
“Shireo! Dia suamimu, dia harus tau kau dimana”
“Aigoo, Oppa, jebaaal, setelah ia menikah aku janji akan mendatanginya”
“Aish, arra arra, kau ini keras kepala sekali”, katanya sambil menghela napas panjang.
“Ah, nde, aku harus pergi. Aku akan sering mengunjungimu dan memberimu kabar tentang suamimu”, lanjutnya sambil beranjak dari duduknya.
“Gumapta, Oppa”, aku membungkukkan badan.

>

Ah Na dan Haeppa sering sekali main ke rumahku, aku jadi tak merasa kesepian lagi. Dulu Haeppa sempat marah kepada Ah Na karena ia telah membohongi Haeppa tentang keberadaanku. Tapi, masalah itu berlalu begitu saja seperti angin. Aku juga ingin masalahku ini berlalu begitu saja seperti angin. Eomma eotthe? Apa aku boleh minta cerai pada suamiku sekarang?

Hari ini aku sedang di rumah sendirian, Haeppa ada job, dan Ah Na sedang bekerja. Ah Na sudah mendapatkan pekerjaan di Korea, sebagai pelayan café. Sedangkan aku? Aku masih bergantung pada Ah Na.

Entah ada angin apa, tiba-tiba aku mengambil ponselku dan membuka inbox e-mailku. Aku membacanya dan memang hampir semua dari Kunyuk. Astaga naga, banyak sekali. Aku tak membacanya dari awal, tapi aku asal membuka saja.

From : All Rise Silver
Subject : ^^

Chagi~ya sudah 10 bulan kau meninggalkanku. Apa kau tak merindukanku?

From : All Rise Silver
Subject : Chagi~ya

Chagi~ya, tadi aku memberi makan Baengsin dan Heebum, kucing Heechul Hyung. Tapi, tanganku dicakar oleh Heebum, rasanya sakit chagi~ya. Ya aku balas, aku tarik ekor Heebum hingga ia berteriak kesakitan. Eh, gak taunya ada Heechul Hyung, dia malah pukul kepalaku pake panci dan memarahiku, kekeke~

From : All Rise Silver
Subject : Chagi~ya

Chagi~ya, aku sedang bersama Hae dan Siwon di pantai. Kami sedang melihat matahari terbenam. Apa kau melihatnya juga?

From : All Rise Silver
Subject : Chagi~ya

Aku sedang makan bersama Shindong Hyung, aigoo, ia makan banyak sekali. Apa kau sudah makan? Jangan pernah lupa untuk makan ya chagi~ya, aku tak mau kau sakit^^

From : All Rise Silver
Subject : Where are you chagi~ya??? TT_TT

Bogoshippeoyo!
2 tahun lamanya aku tak mendengar suara cemprengmu, tak melihat wajah jelekmu, pipi kembungmu, dan semuanya. 2 tahun lamanya kau tak membalas e-mailku ini. 2 tahun lamanya aku kehilangan separuh jiwaku. Apa kau merasakan apa yg ku rasakan sekarang Na Na? Kembalilah padaku. Bukankah kau hanya butuh waktu 2 bulan untuk menyelesaikan kuliahmu?

Aku menangis. Tak percaya. Apa benar itu semua e-mail darinya? Dari suamiku? Suamiku yg kusuruh untuk menikahi yeoja lain? Kenapa tiba-tiba ada rasa menyesal menyuruhnya untuk menikahi yeoja lain.

Air mataku semakin deras. Eunhyuk~ah, bisakah kita putar waktu agar kau tak menghamili yeoja itu dan kau masih tetap bisa bersamaku sekarang?

>
I can be tough, I can be strong
But with you, it’s not like that at all
There’s a girl, who gives a shit
Behind this wall you just walk through it
And I remember all those crazy things you said
You left then ran out through my head
You’re always there you’re everywhere
But right now I wish you were here
All those crazy things we did
Didn’t think about it, just went with it
You’re always there, you’re everywhere
But right now I wish you here
>

-Ah Na’s POV-

Hari ini aku berada di dorm SuJu. Bukan hanya untuk menemui Haeppa, tapi juga untuk membantu Eunhyuk Oppa dipernikahannya. Sedari tadi aku perhatikan, aku tak melihat adanya rasa bahagia yg tersirat di wajah Hyuk Oppa. Ia sedang dirias di depan meja kaca, aku menghampirinya. Tatapannya kosong sedari tadi.

“Joseonghamnida, biar aku yg melakukanya”, kataku pada seorang yeoja yg sibuk menata rambut Hyuk Oppa.
“Oppa, waeyo?”, tanyaku padanya sambil menyisiri rambutnya.
“Ah Na? apa yg sedang kau lakukan?”, dia nampak terkejut.
“sedang menyisiri rambutmu, kau belum menjawab pertanyaanku”
“Kau tau kan aku tak menginginkan pernikahan ini”, ia menghela napas berat.
“Ne”, ucapku lirih. Kasian namja ini. Na Na, apa kau tega?
“Aigoo, aku benar-benar merindukan Na Na, kurasa aku benar-benar sudah gila”, wajahnya terlihat frustasi.

Tiba-tiba Si Hae datang dan langsung mencium pipi kanan Eunhyuk.

“Chagi~ya, kau tampan sekali hari ini dan 30 menit lagi kau akan jadi milikku”, ucapnya ceria. Eunhyuk tak bergeming.

Tunggu dulu, ada yg aneh. Yg aku tahu dari amplop yg diberikan Eunhyuk Oppa padaku tentang keterangan positif hamil milik Si Hae, harusnya usia kandungannya sudah mencapai 3 bulan. Tapi, kenapa perut yeoja itu masih langsing? Masih rata? Aku menyadari sesuatu hal.

“Oppa aku harus pergi”, kataku padanya dan langsung meninggalkannya. Aku tak menghiraukan ia memanggil-manggil namaku. Aku tau ia benci ditinggal berdua bersama Si Hae.

Aku segera menuju rumah Halmeoni Na Na, tempatku tinggal. Aku mengambil amplop coklat itu, Seoul Hospital. Aku berlari menuju kesana. Aku tak memperdulikan orang-orang yg kutubruk sepanjang jalan, dan..

CIIIIIIIT!!
Aku hampir saja tertubruk mobil ini jika mobil ini tak segera mengeremnya. Aku terkejut setengah hidup. Sang pemilik mobil keluar dari mobilnya, kurasa ia akan memarahiku, matilah aku! Kumohon jangan sekarang, aigoo~

“Ah Na?”
“Hae Oppa?”, ternyata pemilik mobil itu adalah namjachinguku sendiri, syukurlah. Lumayan juga dapat tumpangan gratis, kekeke~

Tanpa pikir panjang aku langsung masuk ke dalam mobilnya, ia juga langsung kembali ke dalam mobilnya dan menatapku.

“Apa yg sedang kau pikirkan hah? Mau cari mati?”, ia menjiwit pipiku.
“Oppa, tak ada waktu, cepat antarkan aku ke Seoul Hospital”
“Mwo?”, dia terlihat bingung.
“Aish, Oppa, cepatlah, nanti kuceritakan di jalan”, dan dia langsung tancap gas menuju Seoul Hospital.

^^^^^^^

“Dok, apa ada pasien bernama Park Si Hae? Pasien kontrol kehamilan”, tanyaku to the point setelah aku dan Hae memasuki ruangan dokter, aku tak punya banyak waktu.
“Ne? Pasien disini sangatlah banyak”, ucap dokter itu ramah.

Aku tak berkata apa-apa lagi. Aku menyodorkan amplop coklat yg berisi keterangan yg menyatakan bahwa Si Hae hamil yg berasal dari Seoul Hospital.

“Apa itu salah satu pasien dokter?”, tanyaku memastikan. Alisnya berkerut.
“Keterangan ini palsu. Ini bukan dari kami dan hmm, setau saya tak ada pasien yg bernama Park Si Hae”, aku dan Donghae melongo sampe mengeluarkan air liur.
“Mwo? Palsu?”, ucapku bebarengan dengan namja disebelahku ini. Wajahku terlihat blo’on, dan wajah Hae disebelahku lebih terlihat blo’on lagi *PLAK*Dibakar Elfishy*

“Dok, saya butuh bantuan, ini masalah hidup dan mati teman saya”, kyaaa, maaf ya dok, Ah Na bo’ongin dokter, kekeke~ Hae sempat menatapku heran, tapi aku segera menginjak kakinya pelan, dia sempat hampir berteriak, tapi sedetik kemudian ia mengerti.

^^^^^^^

Mobil Hae melaju dengan kecepatan tinggi. 5 menit lagi acara pernikahan itu dimulai. Tujuan kami bukan dorm lagi, karena sudah pasti mereka tak disana. Kami langsung menuju gereja.

-Author’s POV-

“apa kau menerima yeoja ini sebagai pendamping hidupmu hingga ajal memisahkan kalian?”, tanya seorang ustadz, eh pastur pada namja yg bernama Lee Hyuk Jae.
“…….”

Namja itu tak bergeming, ia masih terlihat ragu. Ia menggigit bibir bawahnya sambil terus berpikir keras.

“N—“

BRAKK!!
“Hentikan pernikahan ini sekarang juga!”, terlihat yeoja yg terengah-engah berteriak di ruangan gereja. 1 namja yg merupakan namjachingunya sudah berdiri disebelahnya.

*Kyaaaaa, sinetronnya keluar XD*PLAK*Author lebeh*

Seisi ruangan bengong menatap yeoja yg terengah-engah itu, kecuali 1, sang pengantin wanita menatap tajam kearah Ah Na.

-Ah Na’s POV-

“Ya! Jangan ganggu pernikahan kami”, ucap Si Hae lantang.
“Atas dasar apa kalian menikah?”, tanyaku sambil berjalan mendekatinya.
“Karena dia menghamiliku”, jawabnya percaya diri sambil menunjuk Lee Hyuk Jae.

Seisi ruangan mulai gaduh, tak percaya dengar apa yg baru saja mereka dengar. Hyuk Jae menatap Si Hae garang, padahal Si Hae sudah berjanji untuk merahasiakan ini semua.

“Apa kau yakin kau sedang mengandung anak Hyuk Oppa? Ah, ani. Apa kau yakin kau sedang MENGANDUNG SEORANG ANAK?”, ucapku lantang dengan penekanan di bagian ‘mengandung seorang anak’.

Matanya melotot tajam ke arahku, sempat terlihat raut panik dari wajahnya. Matilah kau Park Si Hae!

Aku sempat melihat wajah Eunhyuk Oppa, wajahnya melongo kayak orang blo’on sedang kebingungan *PLAK*Digantung Jewels*

“Tentu saja babo! Apa kau tak melihat surat keterangannya yg menyatakan bahwa aku hamil?”, ucapnya kasar.
“Ne, aku melihatnya, dengan sangat seksama. Dari pernyataan itu, harusnya usia kandunganmu sudah mencapai 3 bulan, lalu kenapa perutmu masih terlihat ramping?”, tanyaku dengan penekanan di setiap kata.

Mata Eunhyuk Oppa langsung melotot ke arah perut Si Hae yg memang ramping dan rata. Kurasa Eunhyuk Oppa baru menyadarinya.

“Keterangan itu palsu. Kami dari pihak Seoul Hospital tidak pernah mengeluarkan surat keterangan seperti itu”, kata seorang lelaki paruh baya yg baru saja masuk ke ruangan gereja. Kenapa ia baru masuk? Karena ia baru saja dari toilet. Jadi bukan karena untuk menegangkan suasana seperti sinetron-sinetron gitu, kekeke~ *Apa deh Author ini?*-,-*

PLAK!!
Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi mulus yeoja cantik itu, Park Si Hae. Lee Hyuk Jae yg menamparnya.

Saat itu juga, seisi ruangan semakin gaduh. Semua SuJu Oppadeul langsung berdiri dan menghampiri kami yg menjadi sorotan utama *Oppadeul pengen jadi sorotan utama juga kali ya, kekeke~*

“Aku tak percaya kau akan melakukan hal bodoh seperti ini Si Hae~ah”, kata Hyuk pada Si Hae dan langsung pergi dari gereja.

-Hyuk Jae’s POV-

Aku tak percaya ini. Bodohnya aku. Bisa-bisanya aku tertipu olehnya. Dan hampir saja aku menikahi yeoja itu dan menyakiti istriku. Aku berlari keluar dari gereja. Banyak jepretan-jepretan kamera tapi tak kupedulikan, saat ini aku hanya ingin mencari Na Na, membawanya kembali padaku. Aku berhenti di depan gereja, bingung harus mencari kemana. Tiba-tiba ada yg menarik tanganku, Donghae.

“Masuklah ke dalam mobilku. Ikut aku”, katanya sambil menarik tanganku tapi aku segera menolaknya.
“Tak bisa! Aku harus mencari Na Na”, aku meronta berusaha melepas genggamannya.
“Sudahlah babo! Ikut saja”, ucapnya sedikit berteriak.

Kami masuk ke dalam mobil, aku duduk di jok belakang karena Hae yg menyetir dan ada Ah Na di jok depan.

“Kemana kalian membawaku? Aku harus mencari Na Na!”, kataku sedikit berteriak.
“Menemui Na Na”, ucap Ah Na santai.
“Mwo? Dari mana kalian tau dimana Na Na berada?”, tanyaku terkejut.
“Kami sudah mengetahuinya cukup lama”, kata Hae.

“Kyaaaaaa”
“YAK! Kenapa kalian tak bilang padaku babo! Kalian tega sekali padaku. Padahal hampir setiap hari aku tanya pada kalian apa kalian menemukan Na Na”, aku menjambak rambut mereka berdua dari belakang dengan gemas.
“Yak! Hyuk, aku sedang menyetir”
“Yak! Oppa sakit, ini permintaan dari Na Na, dia yg memintanya”

Aku melepas tanganku dari rambut mereka. Aku terdiam. Na Na yg menginginkannya? Apa segitu tak inginnya ia bertemu denganku? Aigoo~ Hatiku sakit sekali.

“Yak! Bukankah ini rumahmu?”, tanyaku ketika aku sadar bahwa mobil Hae berhenti tepat di depan rumahnya yg berada di Mokpo.
“Ne, ini rumahku. Wae?”, tanya Donghae enteng.

Kyaa, dasar Odong-Odong sialan! Katanya mau ke Na Na, tapi kenapa malah kesini?

“Lalu dimana Na Na? Apa ia ada disini?”, tanyaku.
“Ya, bisa dibilang begitulah”, jawabnya masih dengan nada enteng.

Mwo? Jadi selama ini ia tinggal di rumah Hae? Di rumah namja lain yg bukan suaminya? *Ah Kunyuk lebeh*-,-*Kekeke~

“Mwo?? Jadi selama ini ia tinggal dirumahmu?”, aku melototinya. Ah Na tertawa kecil. Yak! Dasar yeoja aneh! Sama saja seperti Na Na.

“Oppa aku turun dulu ya, ada perlu sebentar”, pamit Ah Na manja pada Hae. Hae mengangguk pelan dan mereka saling berciuman tepat di depanku, DI DEPANKU.

Kyaaa! Kenapa harus di depanku? Buat aku iri tau! *Kyaa, Auhor juga iri*PLAK*

Ah Na turun dari mobil dan aku tak memperhatikannya lagi.

“Haeee, aku turuun yaa, aku ingin sekali mencari Na Na, jebaaal”, aku memohon kepadanya.

Ia menatapku dengan tatapan yg aku sendiri tak tau maksudnya apa, sedetik kemudian ia mengangguk sambil tersenyum.

“Gumawo, Hae”, jawabku ceria sambil mencium pipi kanannya.
“Yak! Lakukan itu pada yeojamu saja, jangan padaku”

Aku mengacuhkannya dan segera turun dari mobil. Baru 2 langkah aku berjalan, aku terkejut melihat Ah Na. Ia sedang berjalan ke arahku bersama malaikat, ah ani, dia itu istriku, dia Na Na!

Tanpa basa basi aku langsung menghampirinya dan memeluknya hingga tubuhnya terangkat dari tanah. Tuhaan, terima kasih engkau telah mengembalikan Na Na padaku.

Kulihat Ah Na kembali ke mobil bersama Hae.

“Kunyuk~ah, bisakah aku menarik kata-kataku yg tentang aku mau kau menikahi yeoja itu? Dan bisakah waktu diputar kembali supaya kau tidak menghamili yeoja itu?”, ucapnya lirih masih dalam pelukanku.
“Ne, chagi~ya. Karena aku memang tak menghamilinya”, kataku pasti dan ia sempat melotot kaget ke arahku. Tapi aku segera mengecup lembut bibirnya. Aku tak mau kehilangannya untuk yg ketiga kalinya. 2 kali sudah cukup membuatku menyadari bahwa aku benar-benar mencintai yeoja ini.

^^^^^^^

“Mwo? Palsu?”, tanya Na Na terkejut setelah mendengar cerita dari Ah Na.
“Ne”, kata Ah Na.
“Na Na, bereskan semua barangmu, malam ini kita kembali ke rumah kita”, kataku serius. Aku sudah sangat merindukan yeoja ini. Ia mengangguk pasrah.

-Na Na’s POV-

“Aku senang kau kembali padaku, yeobo~ah”, ucapnya untuk yg kesekian kalinya  ketika kami dalam perjalanan pulang.
“Yak! Aku bosan mendengarnya Kunyuk!”, protesku.

PLETAK!
Aish, dia menjitakku.

“Berhenti memanggilku Kunyuk, yeoja babo!”, katanya sambil mencubit pipiku.
“Appo~”, aku merintih pelan.
“Na~ha, apa kau mencintaiku?”, tanyanya tiba-tiba. Kulihat wajahnya, tak ada ekspresi bercanda, dia serius.
“Tak tau, kau?”

PLETAK!
Dia menjitakku lagi >,

“Ya! Jawaban apa itu?”, protesnya.
“Lalu aku harus jawab apa?”
“Apa susahnya sih bilang bahwa kau mencintaiku”, cibirnya.
“Yak! Kau percaya diri sekali sih Kunyuk”
“Aku mencintaimu Na Na, benar-benar mencintaimu”, dia menggenggam erat tanganku dengan tangan kanannya, tangan kirinya ia gunakan untuk mengemudi.

DEG! DEG! DEG! Jantungku.. kenapa seperti ini?

“Ya! Kau jangan diam saja. Aku kan jadi malu, kau kan tau aku tak pandai merangkai kata”, katanya sambil mengatap lurus ke depan, menutupi rasa malunya, kekeke~ Lucunya suamiku ini.

“Kunyuk~ah”, aku memanggilnya sambil memiringkan badanku dan menatap lurus ke arahnya.
“Ya! Berhenti panggil aku Kunyuk, babo!”
“Ya! Dengarkan aku! Aku ingin tanya”, aku menjiwit pipinya gemas.
“Wae? Apa kau ingin tanya padaku kenapa kau memiliki suami begitu tampan sepertiku?”, mendengar pernyataannya tanpa pikir panjang aku langsung menjambak rambutnya.

“Kyaaa, kau tak lihat aku sedang menyetir”, dia meronta berusaha melepaskan tanganku dari kepalanya, alhasil mobil kami jalannya jadi tak karuan dan tak lurus ke depan.

*Mereka ini kapan akurnya sih?*-,-*

“Arra, arra, aku tak akan komen, kau mau tanya apa?”, katanya jutek setelah aku melepas tanganku dari kepalanya, kekeke~ ngambek dia.
“Kenapa kau mencitaiku? Padahal kita juga baru kenal”, ucapku to the point, karena aku memang penasaran.
“2 tahun lebih kau bilang baru kenal?”, tanyanya heran.
“Ya aku kan sering meninggalkanmu, kita tinggal bersama saja baru sehari”
“Hmm, aku mencintaimu tanpa sebab”, jawabnya sambil menerawang.
“Ne? Maksudnya?”, tanyaku bingung.
“Aku mencintaimu tanpa sebab, karena jika aku mencintaimu dengan suatu alasan, dan ketika alasan itu hilang, maka aku tak akan bisa mencintaimu lagi, dan aku tak mau itu terjadi, aku hanya ingin mencintaimu sampai kapanpun”, dia tersenyum padaku.

Mendengar ucapannya, secara refleks aku ikut tersenyum ke arahnya dan mengecup pipinya lembut, saat itu juga ia langsung menatapku dengan tatapan terkejut.

“K-kau men--“
“Saranghae”, kataku memotong ucapannya, aku tersenyum ke arahnya, ia membalas senyumku, ah ani, ia tersenyum karena bahagia mendengar apa yg aku ucapkan barusan.

Ia langsung memelukku begitu saja, memelukku bahagia dengan sangat erat. Mwo?? Memelukku? Lalu kemudinya??

“Kyaaa, Kunyuk babo, kau mau mati heh?”, aku mendorong kepalanya menjauh dariku.
“Aish, mianhae, aku lupa, kekeke~ Gumawo chagi~ya”, ia kembali tersenyum padaku.

Entah kenapa perasaanku lebih lega, apa iya aku benar mencintainya? Ah yg jelas aku tau aku sangat nyaman berada didekatnya. Itu saja cukup buatku.

^^^^^^^

Kami sampai di rumah kami yg dulu. Gelap. Apa ia tak pernah tinggal disini ya selama aku pergi? Aku menyalakan lampu rumah dan benar saja, semua tak berubah dan sudah mulai berdebu.

“Apa kau tak tinggal disini selama aku pergi?”, tanyaku pada Eunhyuk yg baru memasuki rumah kami setelah memarkirkan mobilnya.
“Aku kesepian Na”, katanya sambil merebahkan tubuhnya di sofa. Dan setelah dia menjatuhkan tubuhnya di sofa, debu bertebaran dimana-mana yg berasal dari sofa itu.

“Uhuk-uhuukk.. uhuuk”, ia langsung berdiri sambil batuk-batuk gak terkendali. Dasar suamiku, sudah tau berdebu masih saja begitu.
“Minumlah”, aku menyodorkan segelas air putih padanya. Dan dalam hitungan detik gelas itu sudah kembali kosong.

“aku mau ke kamar dulu, menaruh barang-barangku”, kataku sambil membawa koper-koperku di kamar bagian belakang, kamarku dulu.

-Hyuk Jae’s POV-

“Ya! Tunggu dulu! Aku punya peraturan baru dan kau harus menurutinya”, kataku sambil memegang tangannya menghalanginya menuju kamar belakang.

Alisnya berkerut tanda ia bingung.

“Peraturan pertama. Kau tak boleh tidur dibelakang. Kau adalah istriku dan harus tidur bersamaku”, kataku sambil mengeluarkan seringai jahatku.
“MWO??”, matanya membulat sempurna, dia benar-benar terkejut.
“Shireo! Jangan harap ya Mr. Yadong”, Jawabnya ketus.
“Apa kau yakin akan menolakku Mrs. Yadong?”, seringaiku kembali muncul. Ia menatapku ngeri.
“Yak! Yak! Kunyuk, jangan mulai lagi”, ia berniat kabur dan segera berlari menghindariku, tapi sia-sia, karena aku sudah lebih dulu menangkapnya dan menggendongnya ke kamarku.
“Ya! Hyuk Jae! Jangan macam-macam denganku, kubilangkan pada Appa nih”, ia mengancamku dengan hal bodoh seperti itu? Hello Nyonya Lee. Aku ini suamimu.

Aku terus menggendongnya ke kamar meskipun ia meronta-ronta. Aku merebahkannya di kasur dan aku langsung menguncinya dengan kedua tanganku yg juga kugunakan untuk menyangga badanku yg berada diatasnya.

“Kali ini kau takkan lolos Nyonya Lee”, aku menyeringai jahat lagi.
“Kyaa, ampuun”, ia menutup mukanya, kurasa ia sangat ketakutan, kekeke~ kena kau!

TINGTOONG~~
Suara bel rumahku berbunyi.

Aish, mengganggu saja, pikirku. Aku langsung merebahkan tubuhku disebelahnya dan aku mendorong-dorongnya pelan.

“Na, kau yg buka. Aku lelah sekali”, alasanku padanya.

Tanpa babibu ia langsung keluar kamar tanpa menatapku, mukanya sangat merah. Hahaha. Na Na~ku lucu sekali saat malu.

1 menit kemudian ia kembali ke kamar dengan ekspresi yg sama saat ia keluar kamar tadi.

“Ada Eomma dan Appa”, katanya tanpa merubah ekspresi.
“Ah ye, kau duluan saja”, aku langsung beranjak dari tempat tidur dan merapikan rambutku.

^^^^^^^

“Bagaimana kabar kalian? Setelah 2 bulan tinggal bersama lagi?”, tanya Eomma polos.

Kekeke~ Untung nenek sihir ini gak tau *PLAK*Gak sopan*

“Kami baik-baik saja Eomma, malah semakin mesra”, aku langsung memeluk pinggang istriku.

Appa seperti saat kumelihatnya dulu, ekspresinya dingin seperti es krim, apa ia masih belum merestuiku?

“Aigoo, jadi tak sabar untuk segera memiliki cucu”, kata Eomma terlihat sangat bahagia.
“Ne, aku juga tak sabar untuk segera memberi Eomma seorang cucu”, kataku sambil tersenyum jail pada Eomma.

Tak disangka-sangka, saat itu juga Na Na dan Appa melototiku seperti aku ini makhluk paling tampan sedunia *PLAK*

“Oh, ya, Eomma sudah bilang pada managermu dan managermu sudah meminta ijin pada atasanmu untuk meliburkan kau selama 2 minggu. Eomma tau kalian belum berbulan madu. Manfaatkan waktu kalian”, Eomma tersenyum pada kami berdua.

Mataku dan mata Na Na membelalak seketika. Bedanya, Na Na menatap Eommanya dengan tatapan ‘andwae!’ sedangkan aku menatap Eomma dengan tatapan sangat bahagia. Aku langsung menghampiri Eomma mertuaku itu dan memeluknya.

“Jinjja Eomma?”
“Aish, rupanya kau memiliki suami yg hiperaktif, Na”, kata Eomma pada Na Na. aku hanya terkekeh pelan mendengar komentarnya.

Setelah Eomma dan Appa pulang, aku hanya duduk di sofa sambil nonton TV, ani, aku tak benar-benar nonton TV, sedikit-sedikit mataku melirik istriku yg sedang berada di dapur untuk memasak makan malam. Aigoo~ Nae anae neomu yeppeo.

“Na, malam ini kau cantik sekali”, teriakku padanya.
“I know”, teriaknya percaya diri tanpa menoleh ke arahku.

Kyaa, istriku percaya diri sekali.

“Kau ingin bulan madu kemana?”, tanyaku padanya.
“Kemana saja asal tidak bersamamu”, jawabnya enteng sambil menghampiriku, ia sudah selesai menyiapkan makan malam untuk kami.
“Yak! Lalu kau akan bulan madu dengan siapa jika tak bersamaku babo!”, teriakku gemas.
“Apa kau ingin aku menjawabnya dengan jujur?”, katanya sambil duduk disebelahku.
“Ah, sudahlah, tak perlu kau jawab, sudah kuputuskan kita akan liburan ke Canada saja”, kataku ketus. Yeoja ini kenapa hobi sekali sih menggodaku?
“Shireo! Kau berangkat sendiri saja”, katanya sambil membuang muka dan melipat tangannya ke dadanya.
“Na Na~ha, terus maumu apa?”
“Aku ingin pulang ke Indonesia”
“Jinjja? Arra, kita kesana saja”, kataku lemah.
“Jinjja? Aish, gumawo Kunyuk~ah”, dia langsung mencubit pipiku.
“Yak! Na Na, berhenti panggil aku Kunyuk”, ia tak menghiraukanku dan langsung melongos pergi menuju kamar.

5 menit ia belum juga muncul dari kamar, apa ia tidur? Aku segera masuk kamar dan.. OMONA?!?!

“Kyaaaaaaa! Kenapa kau masuk babo?! Aku sedang ganti baju!”, teriaknya sambil menutupi tubuhnya yg sebenarnya sudah tertutupi celana ¾ dan bagian atas hanya tertutupi bra berwarna merah muda.

Aku langsung menutup pintu kamar, “Mianhae, aku tak tau”, ucapku dari luar.

Jantungku masih berdegup sangat cepat dan cepat sekali. Aku memutuskan untuk menunggunya di meja makan saja. Tak sampai 5 menit ia sudah keluar kamar dan duduk di meja makan di depanku, ia tak bicara apapun, hanya menundukkan kepalanya saja.

Kami makan dalam diam, hanya suara sumpit dan suara kecapan yg terdengar.

“Bra yg bagus”, ucapku akhirnya.

PLETAK!!
1 sendok melayang dan sukses mengenai kepalaku.

“Kyaa, appo~ Na”, rengekku sambil mengusap-ngusap kepalaku.
“Aku tak ingin membahasnya Hyuk”, ucapnya tanpa menoleh ke arahku, wajahnya memerah. Omona~ Gyeopta *_*

“Hyuk”, panggilnya pelan di sela-sela makan, tanpa menoleh ke arahku.
“Ne chagi~ya?”
“Aku ingin ke Paris, kita ke Paris saja ya?”, katanya sambil menoleh ke arahku dengan tatapan penuh harap.

Aku mengangguk pasti sambil tersenyum.

Jika kau memang jodohku, maka kau pasti akan selalu kembali padaku..
Jika kau bukanlah jodohku, maka ijinkan aku tuk bahagiakanmu kali ini saja..

“Kalau begitu besok pagi kita berangkat, eotthe?”, tawarku.
“Tapi kan kita belum mempersiapkan segalanya”, katanya terlihat bingung.
“Aish, itu urusanku, sekarang kau tidurlah, biar malam ini aku yg mencuci piring”, ucapku riang.
“Ne, aku sebenarnya memang ingin langsung tidur dan menyuruhmu mencuci piring kok”, ucapnya santai sambil melongos pergi ke kamar.

MWO? Mataku membelalak seketika. Yeoja ini kenapa selalu membuatku geram sih. >,

^^^^^^^

Aku selesai mencuci piring dan langsung menuju kamarku dan berganti pakaian. Tadi aku sempat menelpon salah satu airport untuk memesan tiket ke Paris, sekarang tinggal mempersiapkan pakaianku.

Setelah selesai aku langsung merebahkan diriku di tempat tidur, tepatnya di sebelah istriku. Seperti biasa, aku mulai memandangi wajahnya. Istriku memang cantik. Aku mengecup pelan pipinya dan memeluknya erat. Lalu gelap.

>

“Na, bangun. Kita harus segera berangkat”, ucapku sambil menggoyang-goyang tubuhnya pelan.

Aku sudah siap sejak tadi, sudah mandi, tubuhkupun sudah wangi. Tapi kenapa istriku ini masih asyik molor? Aigoo~ -,-

Aku tak punya banyak waktu, semalam aku memesan tiket yg sangat pagi. Aku langsung beranjak dari tempat tidur, memasukkan beberapa pakaian Na Na ke dalam tas. Aku langsung memasukkan tasku dan tas Na Na ke dalam mobil, lalu kembali lagi ke dalam rumah untuk mengangkat mayat hidup itu ke dalam mobil.

^^^^^^^

“Kyaaa, kenapa aku tiba-tiba disini?”, teriak Na Na setelah ia bangun dan menyadari ia sudah di dalam mobil.
“Kita ke airport lah chagi~ya”
“Tapi aku bahkan belum mengganti pakaianku Kunyuk, aku masih pakai PIYAMA!! dan aku juga belum mandi!!”, protesnya.
“Kau tetap cantik kok chagi~ya”, aku mengelus rambutnya, ia mendengus kesal.

Kami sampai di airport dan langsung mangambil pesanan tiket yg aku pesan semalam. Semua mata tak tertuju padaku karena memang aku menggunakan masker, topi, dan kacamata hitam untuk menutupi identitasku. Tapi kini semua mata tertuju pada Na Na yg berjalan di sebelahku tanpa mengenakan alas kaki dan masih mengenakan piyama dengan rambut yg masih acak-acakkan. Hahaha!

“Hyuk, aku malu”, ucapnya ketika aku menggandeng tangannya, ia tertunduk.
“Aku tetap mencintaimu kok”

PLETAK!!

“Yak! Apa hubungannya babo!”, dia menjitak kepalaku.

^^^^^^^

Kami sampai di Paris dan langsung memesan hotel. Dan kami sekarang sudah berada di hotel kami yg letaknya strategis, dekat pantai, dan kamar kami tepat menghadap pantai.

“Aku mau mandi”, ucapnya sambil mengambil handuk besar di dalam tasku.

15 menit kemudian ia keluar dengan hanya menggunakan handuk yg ia balut di tubuhnya. Mataku membelalak seketika.

“Yak! Jangan melihatku seperti itu, Mr. Yadong! Dimana kau meletakkan pakaianku?”, ucapnya ketus.

Aku tak menjawab, tapi aku menunjuk ke arah tas di dekat tempat tidur, aku masih terus menatapnya.

“Hyuk”
“…….”
“Hyuk”
“…….”
“Yak! Kau ini kenapa?”, ia mulai berteriak.
“Ah, waeyo?”, aku baru sadar dari lamunanku yg sambil terus melihatnya.
“Dimana kau meletakkan pakaian dalamku?”, tanyanya dengan raut khawatir.

Pakaian dalam? Dimana ya aku meletakkannya? Aish, jangan-jangan..

“Aigoo~ Sepertinya aku lupa membawanya”, ucapku sambil senyum gaje plus garuk-garuk kepala gak jelas.

“MWO??”


-TBC-

Kyaaaaaaa, selesai. Eotthe? Apakah part ini semakin jelek menurut anda? Gumawo gumawo *Bow with Henry and Kyu* Jangan lupa CommentLike~nya yaa. Yang suka, silahkan di tunggu part selanjutnya dariku, kekeke~

No comments:

Post a Comment