August 11, 2012

WHEN THE BATTLE DANCE BEGINS –Ep06- EunNa Story


Author : Shin Rye Ra
Twitter : @imaichan701
Cast :
Superman Team
. Cho Kyuhyun (Leader)
. Lee Hyuk Jae
. Lee Donghae
. Kim Kibum
. Henry Lau
Bonamana Team
. Park Min Ji (Leader)
. Chan Ah Na
. Kim Na Na
. Choi Ye Eun
. Lee Hae Yeon
Genre : Yah begitulah pemirsah -,-

Part akhir dataaang /jengjengjengjeng/
Banyak yg udah gak sabar nunggu part nya Eunhyuk sama Nana kan? Nah inilah saatnya untuk menyiapkan popcorn dan soda kalian untuk menikmati FF author, haha. Semoga puas dan happy reading ya ^^

-Author’s POV-

Pagi yg cerah di kota Paris dan sangat cocok bagi pasangan muda-mudi untuk berkencan dan saling bermesraan. Begitu juga untuk para yeoja dan namja yg sedang asyik berlibur ke Paris setelah memenangkan lomba battle dance. Hmm, kecuali satu pasangan, yaitu Nana dan Eunhyuk. Yaah, mereka bukanlah pasangan, tapi mereka tak bisa memungkiri hati mereka bukan?

“Palliwa, aku sudah lapar!”, suara cempreng Nana membahana seisi hotel mereka.
“Aish, jeongmal. Kalau Nana sudah lapar, kebo saja kalah”, gerutu Min Ji sambil mengeringkan rambutnya yg masih basah.
“Apa katamu?!”, rupanya Nana yg mendengar gumaman Min Ji sudah siap dengan sapu terbangnya untuk menghabisi Min Ji.
“Kajja!”, Min Ji segera menarik lengan Nana keluar kamar hotel disusul dengan 3 teman lainnya.

“Kau pesan apa Na?”, tanya Hae Yeon saat mereka sudah berada di restoran hotel.
“3 lobster ukuran jumbo”, mendengar apa yg dipesan Nana, membuat keempat temannya hanya bisa menelan lidah.

Setelah mereka sarapan, kelima yeoja itu memutuskan untuk jalan-jalan keluar hotel untuk menikmati oksigen di kota Paris pagi hari.

“Na, tinggal kau dan Eunhyuk oppa”, Hae Yeon mengerling nakal.
“Maksudmu?”, Nana yg memang asli beloon bertanya dengan muka polos sambil ngemut jempol tangannya.
“Ahna sudah menyusul kami, tinggal kau dengan Eunhyuk oppa. Dia itu terlalu jaim, kenapa tak kau dulu saja yg menyatakannya?”, kata Min Ji sambil makan pisang yg baru saja ia ambil dari kebon orang /di kota ada kebon -__-/
“Ya! Apa maksudmu?! Aku tak menyukainya. Dia itu menjengkelkan dan jauh dari tipe pria idamanku yg romantis dan lemah lembut”, Nana memencet-mencet hidung Min Ji.

>

Aku terbangun dari tidur nyenyakku dan betapa terkejutnya aku mendapati diriku di kamar yg sangat mewah. Sedetik kemudian aku menepuk jidatku menyadari bahwa aku memang sedang berlibur di Paris. Eunhyukkie paboya!

“Kemana yg lainnya?”, gumamku saat aku menyadari bahwa hanya ada aku di kamar yg luas ini.

Aku memutuskan untuk berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci mukaku dan keluar hotel untuk mencari teman-temanku. Aku mencari mereka di restaurant hotel, di seluruh penjuru hotel, mereka tak ada. Hash, kemana mereka meninggalkanku?!

Aku berjalan keluar hotel dan menemukan yeojachingu teman-temanku dan 1 yeoja pengganggu. Aku tak berniat menghampirinya. Aku berbalik dan memutuskan untuk kembali tidur saja.

Sesampainya di kamar aku merasa sedikit aneh, karena ada tas ransel yg tak kukenali sebelumnya. Tapi, aku cuek saja dan langsung merebahkan tubuh indahku di tempat yg nyaman ini.

-Author’s POV-

Setelah 5 yeoja itu puas dengan jalan-jalan, mereka memutuskan untuk kembali ke hotel. Namun, tak berjalan sesuai rencana membuat Nana harus kembali ke hotel sendiri, karena 4 yeoja temannya sedang mendapat panggilan kencan.

“Na, malangnya nasibmu. Berawal dari 5 yeoja single, kini hanya tinggal dirimu saja yg tertinggal jauh dari temanmu”, gerutu Nana pada dirinya sendiri sambil berjalan menuju hotel.

Nana adalah tipikal yeoja yg tak mudah jatuh cinta. Namun, sekali ia jatuh cinta, berarti namja itu memang yg benar-benar pilihan tepat untuknya, karena ia sangat hati-hati dalam mencintai seseorang.

Ia sudah sampai di depan kamar hotel dan segera memasukinya. Tanpa berpikir panjang ia memutuskan untuk kembali tidur dengan merebahkan tubuh di tempat tidur yg luas itu, namun tak semudah itu baginya untuk segera memejamkan mata.

“Na, apa kau pernah tau apa itu cinta? Hash, kau itu hanya berpacaran sekali dan itupun kau tak merasa mencintainya. Kau menerimanya hanya karena kasihan, ‘kan?”, Nana kembali mengomeli dirinya sendiri. Ia sedikit kesal semua temannya meningalkannya sendiri.

-Nana’s POV-

Kini aku hanya memandangi langit-langit kamar hotelku sambil menerawang sesuatu. Apa aku pernah jatuh cinta?

“Kurasa tidak. Kau pernah sekali berpacaran, tapi itukan hanya karena kau kasihan pada namja itu. Aish! Nana paboya!”, aku sudah seperti orang gila berbicara sendiri seperti ini. Tapi, aku memang sedang kesal. Andai aku memiliki namja, aku pasti tak seperti ini.

“Hash, apa yg kau pikirkan, Na?!”, aku terdiam memikirkan sesuatu. Sesuatu yg aku sendiri tak mengerti jawabannya.

“Sebenarnya seperti apa tipe id—”
“Ya! Berisik!”

Deg!
Ada orang lain di ruangan ini selain aku. Tepatnya disebelah kananku dan itu jelas bukan suara keempat temanku. Oh Tuhan! Apa ia akan memperkosaku? Andwae!

Aku segera membalikkan tubuhku kearah kanan dan melihat tubuh seseorang yg sedang tidur membelakangiku. Aku tau ia seorang namja, terihat dari rambutnya walau ia tertutupi selimut.

“Ya! Siapa kau?!”, aku menggerak-gerakkan lengannya pelan. Kalau boleh jujur, sejujurnya aku benar-benar takut kalau ia sudah menyiapkan pisau dan garpu untuk menyantapku hidup-hidup.

Ia bergerak dan mulai membalikkan tubuhnya dan BUKK!! Aku segera memukul-mukul mukanya dengan bantal yg sudah kupeluk dari tadi.

“Ya! Ya! Ya!”, suara itu, seperti nya aku kenal.

Aku berhenti memukuli namja itu dan wallah! Kenapa bisa ada monyet ini disini?! Apa aku salah kamar? Omo!

“Ya! Apa yg kau lakukan disini?”, ia berteriak sambil membenarkan tatanan rambutnya. Cih! Sok tampan sekali dia!
“Mianhae, aku salah kamar”, aku segera keluar sambil berlari dan membanting pintu kamarnya. Aku masih dapat mendengarnya menggerutu dan.. tunggu dulu!

Bukankah ini nomor kamarku? Itu berarti ini kamarku? Dan aku tadi sebenarnya tidak salah kamar? Dan apa yg monyet itu lakukan di kamar hotelku? Hash, jinjja! Bagaimana aku bisa dibodohi olehnya?!

Brakk!
Aku langsung membuka pintu kamar kasar dan mendapatinya sama sekali tak terganggu dengan perlakuanku. Hash! Kebo monyet!

“Yak! Keluar dari kamarku monyet!!”, aku menarik-narik selimutnya dan begitupun ia yg juga menarik kembali selimut yg ia pakai. Hash! Ia kuat sekali!

“Kyaaaaaa!”, hentakannya membuatku tiba-tiba tertarik dan menindihi tubuhnya yg berada dalam posisi miring membuat perutku sakit setelah mengenai lengannya.

Grep!
Ia menarik tubuhku dengan tangan satunya dan dalam 3 detik aku sudah berada dalam dekapannya. Oh, ini sungguh tak boleh terjadi! Aku meronta kesana kemari berusaha melepaskan tubuhku darinya, namun ia semakin kuat mencengkeramku membuatku meringis kesakitan.

“Mianhae, Na. Tapi, kumohon tetaplah seperti ini dulu”

Deg!
Apa maksud namja ini berkata seperti itu?
Tapi.. ucapannya barusan seolah mengunci mulutku untuk mengelaknya lagi.

“Eunhyuk~sshi”, panggilku pelan.
“Hmm”, kurasakan ia meletakkan dagunya di puncak kepalaku.
“Gwaenchanna?”
“Hmmm”, dan lagi ia hanya menjawab pertanyaanku dengan sebuah gumaman. Ia ini kenapa sih?

15 menit..
30 menit..
Asih jinjja. Aku gerah. Sampai kapan akan terus begini? Aku khawatir kalau temanku tiba-tiba masuk dan mereka pasti berpikir yg tidak-tidak. Andwae >,

-Eunhyuk’s POV-

“Mianhae, aku salah kamar”, teriaknya dan setelah itu kudengar suara gebrakan pintu. Eh, tunggu dulu! Aku mendudukkan tubuhku di kasur dan benar saja, ini kan bukan kamar hotelku!

Sedetik sebelum ia kembali menggebrak pintu, aku sudah kembali tidur, ah tepatnya berpura-pura tidur.

“Yak! Keluar dari kamarku monyet!!”

Mwo?! Monyet!!
Apa ia tak tau seberapa tampannya aku sehingga membuat setiap yeoja yg menatapku langsung jatuh cinta padaku termasuk author? /yak! Getok Eunhyuk/

Oh sungguh, yeoja ini kuat sekali menarik selimutku, ah maksudku selimutnya. Aku menarik selimutnya dalam sekali hentakan agar ia jerah, namun hasilnya malah ia menindihiku, hash! Yeoja ini berat sekali!

Deg! Deg! Deg!
Oh jantungku mulai bekerja tak normal saat melihat wajahnya yg kesakitan. Apa gara-garaku?

Grep! Aku menariknya dan mendekapnya. Bodoh! Apa yg kau lakukan?! Ia semakin meronta-ronta, namun aku semakin mengeratkan dekapanku. Apa yg sedang merasukiku?

“Mianhae, Na. Tapi, kumohon tetaplah seperti ini dulu”

Ya! Apalagi sekarang?! Kau ini kenapa sih Hyuk Jae~ah?! Eh tunggu, kenapa ia diam saja? Apa ia merespon perkataanku barusan? Ah, syukurlah. Setidaknya ia tak membuatku repot-repot menahannya pergi. Yeoja ini punya sesuatu dalam dirinya yg membuatku nyaman bertengkar dengannya dan nyaman berada didekatnya.

“Eunhyuk~sshi”, suara lembutnya membangunkanku yg sudah sedikit terlelap dan akhirnya hanya kubalas dengan gumaman pelan.
“Gwaenchanna?”

Tidak! Aku tidak baik-baik saja. Aku sangat lelah, Na. dan hanya ingin tidur untuk sejenak. Namun, pertanyaannya hanya kubalas dengan gumaman lagi. Gelap.

-Nana’s POV-

“Kau tidur?”, tanyaku pada Eunhyuk yg tak bergerak selama sejam dan membuat tubuhku gerah.
“Ya! Bangunlah! Aku bosan”, ucapku pelan sambil memukul-mukul dadanya pelan ragu untuk membangunkannya.
“Monyet, bagaimana kalau ada yg membuka kamar hotel? Kumohon bangunlah!”, ucapku lagi masih dengan suara pelan.

Grep!
Tanpa babibu ia langsung melepaskan pelukanku, bangkit, dan berjalan keluar kamar hotel tanpa mengucapkan sepatah katapun, menoleh padaku saja tidak. What’s wrong with him?

Tanpa banyak memikirkan hal yg aneh-aneh, aku segera bangkit untuk mandi. Oh sungguh tubuhku gerah sekali dari tadi.

-Author’s POV-

Eunhyuk berjalan lunglai memasuki kamar hotelnya dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur kamar hotelnya. Ia berharap ia tak akan bangun saat ini, karena ia tak habis pikir apa yg barusan ia lakukan.

Disisi lain Nana masih belum juga berniat untuk mandi. Sedari tadi ia terus menatap pantulan wajahnya di kaca kamar mandi. Berusaha menenangkan dentuman yg keras dan cepat yg ada di dalam jantungnya.

“Na, ingatlah itu tadi Eunhyuk”, Nana memukul-mukul kedua pipinya sendiri. Ia berusaha melupakan kejadian tadi, namun apa daya dekapan namja itu benar-benar membuat hati Nana langsung tergoyah walau hanya sekali dekapan. Tetapi, sesuai dengan kepribadiannya, ia memang tak mudah jatuh cinta.

Mungkin karena ini kali pertamanya ia mendapat perlakuan seperti itu, ia menjadi sangat gugup dan tak tau harus berbuat apa jika bertemu dengan namja itu lagi.

Selama berjam-jam Nana berada di kamar mandi sambil menggosok seluruh bagian tubuhnya tanpa terkecuali.

“Oh, Tuhan. Dia telah menyentuhku. Hash, namja hidung belang”, gerutu Nana selama ia mandi. Ia sedikit kesal dengan Eunhyuk yg tak meminta maaf atas perlakuannya pada Nana barusan.

>

“Na, kami mau ke karnival di sebelah hotel. Apa kau ikut?”, Hae Yeon berusaha membangunkan Nana yg sejak tadi siang terlelap di kamar hotel.
“Aniyo”, gumam Nana sambil tetap memejamkan mata.

Keempat teman Nana langsung pergi meninggalkan Nana yg masih asyik di dunia mimpinya, karena lima namja di depan kamar hotel para yeoja sudah mengomel tak karuan menunggui para yeoja yg memang memprioritaskan dandan ketimbang kepulan asap yg keluar dari kepala namja-namja mereka.

“Nana tak ikut?”, tanya Kyuhun.
“Aniyo”, jawab Min Ji cuek.
“Sepertinya kau harus berjalan sendiri malam ini, Hyuk”, kata Donghae sambil memukul-mukul pelan bahu Eunhyuk.

9 manusia itu akhirnya langsung berjalan menuju karnival tanpa babibu dan yg pasti

Eunhyuk berjalan paling belakang sambil menunduk dan manyun 10cm melihat keempat temannya sedang bermesraan dengan yeojanya masing-masing di depan matanya. Setelah beberapa menit berjalan, ia sudah kehilangan teman-temannya yg sudah memiliki dunia sendiri. Ia mendengus kesal dan akhirnya memutuskan untuk menaiki wahana sendirian.

Disisi lain, Nana yg baru saja sadar dari dunia indahnya menyadari bahwa ia sendirian di kamar hotel.

“Hash, apa mereka meninggalkanku untuk kencan lagi?”, gerutu Nana sambil berjalan menuju kamar mandi untuk mengganti pakaian dan mencuci muka.

Setelah selesai mengganti pakaian ia menyalakan laptopnya hanya untuk mengecek e-mail, notifications facebook, dan mention twitter, setelah itu ia bingung akan melakukan apa. Beberapa menit kemudian, ia memutuskan untuk mencari makan di luar hotel karena A Man in Love nya Super Junior sudah berkumandang di perut Nana.

Setelah berjalan keluar hotel, ia menyadari ada keributan di samping gedung hotel yg ternyata karnival sedang sangat ramai pengunjung. Ia memutuskan untuk menghibur dirinya disana sambil mencari temannya, karena ia baru saja teringat bahwa teman-temannya pergi kesana.

Setelah puas mengisi perutnya dengan 3 mangkok bakso (?) ukuran jumbo, Nana tertarik pada wahana yg bertuliskan ‘RAWA TANTANGAN’. Ia segera berjalan ke wahana itu dan membaca keterangan yg tertulis di dinding luar wahana yg bertuliskan :

1 Wanita dan pria dipisahkan dengan dinding di tengahnya
2 Ketika sampai di ujung dinding, sepasang pria dan wanita naik dalam satu perahu secara acak dan mereka akan otomatis menjadi satu pasangan
3 Tidak diperbolehkan tukar pasangan
4 Siap menerima semua tantangan selama petualangan dalam perahu, jika tak melakukan tantangan tersebut, maka kalian akan di siram air yg sangat dingin

“Tantangan seperti apa sih yg terdengar mengerikan ini?”, cibir Nana sambil berjalan untuk memesan tiket wahana tersebut.

Setelah mendapatkan tiket, Nana segera memasuki wahana itu, tepatnya memasuki lorong sebelah kiri yg memang untuk wanita karena sebelah kanan adalah untuk pria. Nana terus berjalan mengantri untuk mendapatkan perahu sambil berharap bahwa pasangannya nanti akan menyenangkan.

Tanpa diduga, rupanya ada peraturan yg memang tidak tertuliskan tadi, yaitu mereka akan dipasangkan penutup mata sebelum menaiki perahu dan baru boleh dilepas setelah mendengar bunyi bel. Nana yg memang tipe yeoja yg tak terlalu peduli pada hal kecil, akhirnya ia kini sudah duduk dengan tenang di perahu. Beberapa detik kemudian ia merasa ada seseorang yg juga menaiki perahunya dan duduk disebelahnya, ia sangat yakin bahwa orang itu adalah pasangannya.

“Annyeong, bagaimana kabarmu?”, tanya Nana pada namja yg tak ia kenali saat perahu sudah mulai berjalan.
“Baik”, suara itu terdengar gugup membuat Nana sedikit terkekeh pelan.
“Kau gugup? Tenang saja, aku tak menggigit”, mendengar pernyataan Nana barusan, namja itu ikut tertawa kecil.
“Apa kau tak takut padaku? Tak takut aku akan berbuat macam-macam padamu?”, tanya namja itu.
“Hahaha, kau tak terlihat seperti orang jahat”
“Bagaimana kau tau aku tak terlihat seperti orang jahat kalau kau sendiri tak bisa melihatku, bodoh”, namja itu tertawa lagi mendengar pernyataan Nana.
“Entahlah”, jawab Nana sambil tersenyum.

Beberapa menit kemudian, bel berbunyi tanda mereka sudah boleh melepas penutup mata mereka. Nana dan pasangannya segera melepas penutup mata itu namun gelap karena mereka sedang melewati lorong yg membuat mereka tak dapat melihat apapun.

“Ini sama saja”, cibir Nana kesal yg sudah hampir mati penasaran siapa pasangannya.
“Kata penjaganya tadi, kita akan menerima tantangan pertama setelah melewati lorong ini”, kata namja itu yg juga tak dapat melihat apapun disekitarnya.

Beberapa detik kemudian, Nana menghela napas lega karena ia mulai melihat cahaya di ujung lorong.

“Ah, bodohnya aku. Siapa namamu?”, tanya Nana saat mereka sudah akan keluar dari lorong.
“Lee Hyuk Jae”, jawaban namja itu membuat mata Nana melotot selebar-lebarnya dan langsung menoleh ke arah namja itu dan kebetulan mereka sudah keluar dari lorong.
“KAU?!”, teriak mereka bersamaan.
“Bagaimana kau bisa ada disini? Mana pasanganku yg tadi kuajak bicara?”, teriak Nana frustasi.

Eunhyuk tak merespon, ia hanya mengalihkan pandangannya kearah lain sambil menyilangkan kedua tangannya di dada busungnya sambil menghela napas.

Perahu yg dinaiki Nana dan Eunhyuk hanya berjalan dalam diam hingga akhirnya mereka mendapatkan tantangan yg tertulis di papan kayu yg bertuliskan :

TANTANGAN 1, selama petualangan setiap pasangan di wajibkan bergandengan tangan dan jangan sekalipun terlepas. Kalian akan dipantau melalui CCTV.

“Tantangan apa itu?!”, protes Eunhyuk yg sudah hampir melayangkan sandalnya ke arah papan kayu tersebut.
“Diamlah. Kau ini berisik sekali”, ucap Nana sambil meraih tangan Eunhyuk dan menggenggamnya.

Eunhyuk yg mendapat perlakuan seperti itu dari bebuyutannya, otomatis membuatnya gugup dan bingung dengan sikap tiba-tiba yeoja ini.

Hening.
Hening.
Hening.
Tanpa disadari oleh para readers, tangan Eunhyuk juga telah menggenggam tangan Nana, karena ia merasa tak enak kalau yeoja menggenggam tangannya.

Perahu terus berjalan, namun mereka berdua terus saja bergandengan tangan dalam diam hingga akhirnya mereka mendapat tantangan kedua.

TANTANGAN 2, oh tidak! Sang yeoja sepertinya terlihat kedinginan. Para namja wajib memeluk sang yeoja agar mereka tak kedinginan. Namja macam apa yg membiarkan yeoja kedinginan.

“Apa-apaan itu?! Aku tak kedinginan sama sekali”, protes Nana.

Grep!!
Eunhyuk segera memeluk bahu Nana yg kini sudah membeku karena terkejut diperlakukan seperti itu.

“Kau tak takut kan kalau aku macam-macam padamu?”, tanya Eunhyuk lirih tepat di telinga kanan Nana sambil menyeringai nakal.
“Aniyo. Aku sudah siap memutilasimu saat ini juga”, seru Nana tenang.
“Apa kau kedinginan, chagi~ya?”, tanya Eunhyuk masih tepat di telinga Nana dan juga sambil menyeringai.
“Berhentilah menggodaku”, Nana nampak sama sekali tak tergoda oleh godaan Eunhyuk.
“Apa kau tak takut kalau misalnya tadi pagi aku melakukan yg lebih padamu?”, Eunhyuk masih menyeringai.

Mengingat kejadian tadi Eunhyuk mendekapnya di tempat tidur membuat Nana mulai bergidik ngeri.

“Jangan macam-macam padaku”, ucap Nana lirih namun terdengar mengancam.
“Kita lihat saja nanti”, Eunhyuk kembali mengeluarkan seringai nakalnya.

Beberapa menit kemudian, masih dalam posisi Eunhyuk mendekap Nana, mereka menerima tantangan ketiga.

TANTANGAN 3, apa kalian lapar? Kami menyediakan satu buah permen di dalam perahu dan kalian harus berbagi. Dan ingat! Permen itu tak boleh kalian sentuh dengan tangan kalian. Selamat menikmati^^

“Kurasa aku lebih baik loncat dari perahu ini saja”, Nana hampir beranjak, namun tangan kekar Eunhyuk segera menahan Nana.
“Kau mau mati di makan kecoa di dalam sana?”, Eunhyuk menunjuk genangan air di sekitarnya /ngaco nih Eunhyuk -_-/

Setelah Nana kembali duduk, Eunhyuk segera mencari permen yg dimaksudkan dan dalam beberapa detik ia sudah menemukannya.

“Ada ide bagaimana cara kita berbagi?”, tanya Eunhyuk sambil membolak-balik permen yg hanya satu buah itu.
“Aku tak mau”, Nana menyilangkan tangannya.
“Baiklah, setidaknya aku tak kena siraman air dingin”, kata Eunhyuk santai sambil membuka bungkus permen itu.
“Andwae!”, Nana berniat merebut permen itu, namun apa daya permen itu sudah mendarat di mulut Eunhyuk.
“Eomma, eottokkhae?”, ucap Nana manyun.
“Ambillah”, Eunhyuk menyodorkan permen itu pada Nana dengan mulutnya. Permen itu ada dalam gigitannya.
“Mwo?! Kau bercanda?”
“Aku tak kan menciummu. Palliwa, gigiku bisa mati kedinginan”, Eunhyuk memajukan wajahnya sedikit.

Dengan ragu, Nana mengambil permen yg ada dalam gigitan Eunhyuk itu, berusaha untuk tak menyentuh bibirnya. Dalam hati Eunhyuk sekarang sedang bergemuruh melihat wajah ragu Nana. Di suatu sisi dirinya melarang jantungnya berdegup kencang, namun di sisi lainnya Eunhyuk tak dapat mengelak gemuruh di dalam hatinya.

Chup~
Eunhyuk segera melahap bibir Nana ketika Nana baru saja akan mengambil permennya. Kini, Eunhyuk sedang asyik memainkan bibir Nana dengan lidahnya membuat permen yg ada di dalam mulut mereka berpindah-pindah ke mulut Nana dan Eunhyuk. Mulai terbiasa dengan perlakuan Eunhyuk, Nana mulai membalas permainan lidah Eunhyuk yg sudah mulai mengganas.

15 menit mereka terus menikmati permainan itu hingga permen yg ada di dalam mulut mereka habis tak tersisa, namun tak membuat mereka berhenti dalam permainan itu. Dentuman detak jantung mereka saling berpadu, napas membara mereka telah menjadi satu. Tanpa mereka sadari, mereka telah melewati tantangan keempat.

Byurr!
Satu siraman yg sangat dingin membuyarkan permainan lidah mereka. Nana berteriak terkejut merasakan sesuatu yg dingin di tubuhnya kini. Eunhyuk pun sama basah kuyupnya dengan Nana. mereka berdua sama-sama menggigil.

“Mianhae”, ucap Eunhyuk lirih, namun tak ada jawaban dari Nana yg sudah sangat kedinginan.
“Mianhae sudah menciummu, mianhae sudah membuatmu kedinginan seperti ini”, ucap Eunhyuk sambil memeluk tubuh menggigil Nana berniat membuatnya sedikit hangat.

Eunhyuk mendekap Nana dan menenggelamkan wajahnya di sebelah kepala Nana. ia dapat merasakan tubuh menggigil Nana yg gemetaran.

“Lee Hyuk Jae”, ucap Nana lirih di tengah posisi mereka.
“Ne?”, Eunhyuk mengangkat kepalanya melihat keadaan Nana.
“Aku tak kuat”, ucap Nana masih sambil gemetaran.

Eunhyuk menatap wajah Nana yg mulai memucat. Tak dapat ia pungkiri bahwa saat ini memang benar-benar dingin, udara malam ini memang sangat dingin ditambah dengan siraman air itu. Eunhyuk juga sebenarnya tak tahan dengan dinginnya, namun tubuh Nana dapat sedikit menghangatkannya walau tubuh itu juga merasakan kedinginan.

Tak lama kemudian perahupun berhenti dan Eunhyuk segera membopong tubuh Nana yg sama basah kuyupnya dengannya ke hotel tanpa mempedulikan setiap pasang mata yg memperhatikan mereka. Eunhyuk terus menggendong Nana yg sudah tertidur menuju kamar hotel Nana dan langsung membaringkannya di tempat tidur.

Baju putih Nana yg basah memperlihatkan bra merah muda yg membuat Eunhyuk salah tingkah. Ia tak mungkin menggantikan baju Nana, jadi ia hanya menyelimutinya saja. Eunhyuk berniat untuk mengganti pakaiannya, namun ia teringat bahwa kunci kamarnya dibawa oleh Kyuhyun, sang leader gak nggenah -____-

“Cho Kyuhyun, kau membunuhku”, kata Eunhyuk lirih sambil menggigil.

Mau tak mau, akirnya, ia mengambil salah satu selimut di lemari kamar hotel Nana lalu ia memutuskan untuk menemani Nana sambil menonton tv.

-Eunhyuk’s POV-

Sial!
Aku benar-benar kedinginan. Cho Kyuhyun, dimana kau?!

Deg! Deg! Deg!
Hash, kenapa lagi ini?!

Aku kembali teringat kejadian beberapa menit lalu, kejadian ketika.. ah apa benar kami berciuman seperti itu. Waktu itu aku benar-benar tak terkendali, aku benar-benar seperti orang mabuk. Nana, kau apakan aku?!

“Andwae! Andwae! Andwae! Aku tak bisa menyukainya. Hash, taruhan bodoh itu!”, aku membanting tubuhku di atas sofa. Aku sangat lelah dan kedinginan.

-Author’s POV-

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Kini Min Ji dan Kyuhyun dkk sudah berjalan menuju hotel. Raut wajah mereka nampak senang walaupun mereka kelelahan. Setelah saling cipika cipicu, mereka berpisah dan para yeoja segera memasuki kamar hotelnya.

“Apa yg Eunhyuk oppa lakukan disini?”, tanya Hae Yeon yg pertama kali menyadari keberadaan Eunhyuk.

Semua mata menoleh pada Eunhyuk yg terlelap di sofa. Min Ji menghampiri Eunhyuk berniat membangunkan oppanya itu.

“Astaga! Badannya panas sekali. Dan kenapa tubuhnya basah semua begini? Oppa, kau ini kenapa selalu bodoh sih”, Min Ji meraba seluruh bagian wajah Eunhyuk.

Mengetahui keadaan Eunhyuk yg seperti itu, ketiga temannya yg lain segera menghampiri Nana dan juga mendapati tubuh Nana yg basah kuyup.

“Nana juga sama”, kata Hae Yeon khawatir.
“Memangnya tadi hujan ya?”, Ye Eun mencoba mengingat sesuatu, namun ketiga temannya yg lain segera berkata tidak, karena memang malam ini tadi tak ada hujan sama sekali.

“Oppa, ireona”, Min Ji berusaha selembut mungkin membangunkan Eunhyuk, namun tak ada tanda-tanda Eunhyuk akan terbangun.

Akhirnya Min Ji memutuskan untuk menuju kamar hotel Kyuhyun untuk memberitahu mereka tentang keadaan Eunhyuk.

Tok! Tok!
Min Ji mengetuk pintu kamar para namja beberapa kali, namun tak ada yg menyahut. Cklek! Pintu segera terbuka oleh Henry yg sedang mengucek matanya.

“Mianhae, oppa. Tapi, Eun— bwahahahahahahahaha”, tawa Min Ji segera menggelegar ketika melihat tubuh Kyuhyun yg hanya ditutupi handuk yg ia lingkarkan di pinggangnya.

Ia tertawa karena melihat Kyuhyun dengan rambut acak-acakannya sehabis keramas dan sikat gigi yg masih menancap di mulutnya dengan busa di setiap mulutnya.

“Ya! Apa yg kau lakukan disini?!”, teriak Kyuhyun setelah mencabut sikat gigi dari mulutnya dan otomatis busa yg ada di dalam mulutnya muncrat kemana-mana bahkan mengenai Donghae yg ada di bawahnya yg sedang asyik menonton tv.

“Yak! Cho Kyuhyun!!”, Donghae berniat melempar remote pada Kyuhyun, namun gagal karena Kyuhyun sudah terlebih dahulu kembali masuk ke kamar mandi.

“Bwahahahahahahaha”, tawa Min Ji kembali meledak melihat kejadian itu hingga air matanya keluar.

Henry mempersilahkan Min Ji masuk. Sebenarnya, Min Ji juga bingung akan bicara pada siapa, akhirnya ia memutuskan menunggu Kyuhyun keluar dari kamar mandi. Mata Min Ji menjelajahi kamar hotel para namja yg cukup rapi, ia melihat Donghae yg sedang asyik menonton tv, melihat Kibum yg sibuk dengan dunia mayanya, dan Henry yg entah sejak kapan sudah tertidur dengan pulas layaknya bayi.

“Apa kau merindukanku?”, tanya Kyuhyun yg baru saja keluar dari kamar mandi.
“Apa aku harus jujur?”,, tanya Min Ji yg langsung dijawab oleh Kyuhyun dengan gelengan kepala.
“Baiklah, aku merindukanmu. Apa kau tau dimana Eunhyuk oppa sekarang?”, tanya Min Ji lagi.

“Ah, ya. Bukankah kita tadi bersama Eunhyuk? Dimana ia sekarang?”, Donghae yg baru menyadari satu temannya tak ada di kamar hotelnya segera bangkit.
“Dia ada di kamarku. Badannya panas, tubuhnya menggigil, Nana juga begitu. Entah apa yg baru saja mereka lakukan, kajja!”, Min Ji menarik tangan Kyuhyun menuju kamar hotelnya yg diikuti oleh Donghae dan Kibum.

Saat Min Ji dan pasukan memasuki kamar hotel para yeoja, Nana sudah sadar dan mengganti pakaiannya, namun tidak untuk Eunhyuk yg masih terlelap.

“Eunhyuk~ah, ireona!”, Kyuhyun menggerak-gerakkan bahu Eunhyuk.

15 menit mereka membangunkan Eunhyuk, akhirnya Eunhyuk sadar juga. Tubuhnya masih menggigil walau suhu tubuhnya benar-benar panas.

“Apa yg kau lakukan disini?”, tanya Kyuhyun yg sudah terduduk di sebelah Eunhyuk.
“Aku mengantar Nana kembali, kami tadi tersiram air. Aku tak bisa mengganti pakaianku karena kuncinya ada di kau, bodoh”, jelas Eunhyuk.

Beberapa menit kemudian, para namja sudah kembali ke kamar hotelnya. Min Ji segera mengecek suhu tubuh Nana yg masih panas.

“Na, kau demam? Apa yg tadi kau lakukan?”, tanya Min Ji khawatir.

Keempat teman Nana sudah duduk di depan Nana untuk mendengar penjelasan dari Nana kenapa ia bisa seperti ini dan yg lebih penting, kenapa ia bisa bersama Eunhyuk.

“Tadi aku lapar, jadi aku keluar. Setelah makan, aku berniat menyusul kalian, tapi kemudian aku naik wahana rawa tantangan”, jelas Nana super singkat.
“Jinjjayo? Wahana itu?”, Ye Eun nampak kaget.
“Wahana apa?”, tanya Min Ji.
“Rawa tantangan. Henry melarangku memasuki wahana itu, karena ia khawatir aku akan berpasangan dengan namja lain”, jelas Ye Eun.
“Ah, wahana itu. Aku juga memasuki wahana itu tadi, untunglah aku berpasangan dengan Kibum oppa. Tantangannya sangat waaaw”, jelas Hae Yeon sambil berbinar-binar.

Nana yg juga menaiki wahana itu, apalagi pasangannya adalah Eunhyuk, ragu untuk meneruskan ceritanya atau tidak mengingat kejadian di perahu waktu itu.

“Jadi pasanganmu Eunhyuk oppa, Na?”, tanya Min Ji menyelidik.
“Awalnya aku tak tau, tapi iya, dia pasanganku”, kata Nana sambil menundukkan kepala.
“Jinjjayo? Jadi kau dan dia tadi—”, kata Hae Yeon sambil memonyong-monyongkan bibirnya.
“Ya! Kau ini bicara apa?! Sudahlah aku lelah!”, kata Nana sambil melempar bantal ke wajah Hae Heon dan langsung membaringkan tubuhnya berniat untuk tidur. Dan beberapa menit kemudian ia terlelap sesaat setelah mendengar teman-temannya tertawa cekikikan.

>

“Na, kau masih demam?”, Ahna membangunkan Nana yg masih terlelap.
“Pusing”, rintih Nana pelan sambil memegangi kepalanya.

Mendengar keluhan Nana, Min Ji segera keluar untuk membeli bubur hangat dan obat untuk Nana.

“Aku keluar sebentar”, pamit Min Ji pada teman-temannya.

Beberapa menit kemudian Min Ji sudah kembali dengan membawa beberapa obat dan dua kotak bubur hangat.

“Na, makanlah”, Min Ji menyodorkan satu kotak bubur hangat untuk Nana dan setelah itu ia langsung beranjak keluar kamar lagi.

Ia berjalan menuju kamar hotel para namja dan segera mengetuk pintunya. Beberapa detik kemudian, pintu terbuka oleh Kyuhyun.

“Ada apa, chagi~ya? Ini masih pagi”, kata Kyuhyun sambil mengerjap-erjapkan matanya.
“Bagaimana keadaan oppaku?”, tanya Min Ji.
“Siapa oppamu?”, tanya Kyuhyun polos sambil mengucek-ngucek matanya.
“Eunhyuk oppa”, jawab Min Ji sambil mendengus kesal.
“Hehe, mianhae aku lupa. Dia masih tidur, masuklah”, Kyuhyun menggiring tangan Min Ji menuju tempat Eunhyuk.

Di dalam Kibum seperti biasa sedang asyik bergelut di dunia maya, Donghae dan Henry sedang menonton acara Shaun the Sheep, dan Eunhyuk memang masih tertidur pulas. Min Ji segera duduk disebelah oppanya itu dan memegang keningnya.

“Astaga, masih panas”, keluh Min Ji.

Suara Min Ji barusan membuat Eunhyuk sedikit terbangun dan terkejut melihat Min Ji ada di kamarnya dan duduk tepat disebelahnya.

“Ada apa?”, tanya Eunhyuk sambil mendudukkan posisi tubuhnya.

Min Ji tak menghiraukan pertanyaan Eunhyuk, ia segera membuka kantung plastik yg berisi sekotak bubur itu dan membukanya.

“Kau ini masih sakit dan harus makan. Sini biar kusuapi, setelah makan aku ingin meminta penjelasanmu apa saja yg kau lakukan pada Nana kemarin”, kata Min Ji sambil menyuapi Eunhyuk, Eunhyuk dengan senang hati membuka mulutnya.

“Chagi~ya, dia kan bisa makan sendiri”, gerutu Kyuhyun pada Min Ji sambil manyun-manyun 30cm.
“Apa kau cemburu pada oppaku sendiri?”, tanya Min Ji sinis.

Eunhyuk yg menjadi orang ketiga hanya tertawa cekikikan senang melihat Kyuhyun dengan tampang jutek cemburunya. Dan Min Ji terus menyuapinya.

“Bagaimana keadaan Nana?”, tanya Eunhyuk disela-sela Min Ji menyuapi Eunhyuk.
“Masih demam dan ia terus mengeluh kepalanya pusing. Sebenarnya apa yg kalian lakukan semalam?”, tanya Min Ji menyelidik.
“Tak ada”, jawab Eunhyuk menahan tawa.
“Oppa, jangan bohong. Kau apakan sahabatku?”, protes Min Ji.
“Waktu pagi kalian meninggalkanku, aku dan Nana benar-benar memiliki waktu yg indah. Aku dan dia berada dalam satu tempat tidur di kamarmu, hahaha”, jelas Eunhyuk.
“Oppa! Kau apakan sahabatku?!”, teriak Min Ji mendengar penjelasan  Eunhyuk yg membuatnya bergidik.
“Tak ada. Tenanglah, aku hanya memeluknya”

Setelah itu, Eunhyuk menceritakan semua mulai dari ia yg salah masuk kamar hingga mereka berdua bertemu dalam satu wahana rawa tantangan itu. Eunhyuk menceritakan semua tak terkecuali, termasuk alasan mengapa ia bisa tersiram air dingin semalam. Tentu saja ia bercerita dengan suara sangat lirih tanpa terdengar oleh keempat temannya yg lain.

“Jadi oppa dan Nana sudah—?”, tanya Min Ji terpotong karena Eunhyuk segera menggeleng.
“Apa kau menyukainya?”, tanya Min Ji lagi dengan mata menyelidik penuh rasa ingin tahu.
“Secret. Sudahlah, kembali ke kamarmu”, Eunhyuk mendorong-dorong tubuh Min Ji.
“Aigoo, oppaku, kau cemen sekali. Baiklah aku kembali, cepat minum obatmu”, kata Min Ji sambil berlalu kembali ke kamarnya.

“Na, sudah kau minum obatnya?”, tanya Min Ji setelah ia sampai.

Nana tak menjawab namun hanya mengangguk pelan.

“Kalian pergilah membeli sarapan. Aku tak apa”, kata Nana yg masih terbungkus dengan selimutnya seperti lemper.
“Siang ini kita harus check out”, jelas Min Ji yg disambut anggukan dari teman-temannya.

Tak terasa sudah 3 bulan mereka berada di Paris dan hari ini juga mereka sudah harus kembali ke Korea. Sebenarnya mereka enggan kembali karena mereka masih ingin menikmati indahnya kota cinta tersebut.

“Tak ada yg ketinggalan kan?”, tanya Min Ji ketika mereka selesai beres-beres.
“Kurasa sudah beres semua”, jawab Ahna.
“Baiklah, kajja! Kita sudah hampir terlambat”

Mereka sudah berada di luar gedung hotel dan menemui para namja disana. Diantara mereka bersepuluh, memang Nana dan Eunhyuk yg terlihat masih pucat. Mata mereka sempat bertemu, namun Nana segera mengalihkan pandangannya kearah lain. Tak dapat dipungkiri bahwa ia malu setengah mati ketika bertemu namja itu. Namja yg kemarin memeluknya di tempat tidur, namja yg kemarin ia genggam tangannya, namja yg menciumnya semalam, dan namja yg menggendongnya menuju kamar hotel.

Beberapa menit kemudian, mereka sudah berada di airport dan segera memasuki pesawat mereka. Tempat duduk mereka persis seperti ketika mereka berangkat dulu dan pastinya Nana duduk dengan Eunhyuk.

“Oppa, kau jangan macam-macam lagi dengan sahabatku”, ancam Min Ji pada Eunhyuk yg sudah duduk pada posisinya. Eunhyuk tak berkata apapun namun hanya menjulurkan lidah pada Min Ji yg sudah mengepalkan tangannya di depan muka Eunhyuk.

Pesawat sudah berangkat dari setengah jam yg lalu dan tak ada pembicaraan diantara Nana dan Eunhyuk. Akhirnya, Nana memutuskan untuk tidur karena memang kepalanya masih terasa pusing.

-Eunhyuk’s POV-

Aku tak tau harus bicara apa sekarang di depan yeoja ini. Haish, apa ia masih sakit? Wajahnya pucat sekali melebihiku.

Aku memberanikan diri untuk menolehkan wajahku menatapnya. Dan kini yg kulihat adalah wajah damainya saat tidur. Ah, rupanya kau tertidur. Aku terus meneliti wajahnya yg putih bersih tanpa noda, pipi tembemnya yg membuatnya terlihat semakin cantik.

“Na, kumohon jangan membuatku menyukaimu”, lirih Eunhyuk.

Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Nana dan kini ia dapat mencium aroma wangi napas Nana. melihat setiap sudut wajah Nana dengan detail.

“Na, kau membuatku selalu ingin mencium bibir kecilmu”, ucap Eunhyuk lirih sesaat sebelum ia mengecup bibir Nana sekilas.

Ini tak benar, ini tak boleh terjadi. Bukankah Nana adalah yeoja pengganggu menurutmu, Lee Hyuk Jae? Kau ini kenapa?!

Selama berada disebelahnya jantungku terus berdegup dengan kencang, aku pun tak bisa tidur karena mataku rasanya ingin terus menatap wajah itu. Hah, matilah aku!

Beberapa jam kemudian akhirnya kami sampai di Incheon, aku berniat membangunkan Nana namun sedikit ragu.

“Na, ireona!”, kuguncang bahunya pelan dan ia sedikit menggeliat.
“Sudah sampai?”, tanyanya yg hanya kubalas dengan anggukan.
“Kajja”, ia terlihat mengusap-usap wajahnya sebentar dan kemudian segera bangkit dan mengambil kopernya, aku mengekorinya.

“Huaah, it’s good to be home”, ucapku sedikit keras setelah kami menginjak tanah Korea.
“Oppa, kita sudah di jemput. Kajja!”, Min Ji segera menarik tanganku paksa. Hash, dasar bocah ini!

Setelah aku dan Min Ji pamit kepada teman-temanku dan teman-temannya, kami segera memasuki mobil yg sudah menunggu kami.

“Bagaimana perjalanan kalian?”, tanya appa.
“Appa, oppa sudah besar sudah bisa jatuh cinta, hihihi”, aku mendengar suara cekikikan dari arah jok belakang. Siapa lagi kalau bukan Min Ji? Apa dia mau mati sekarang?
“Dengan siapa? Waah, anakku sudah besar”, appa mengelus-elus puncak kepalaku.

Hash, aku yakin sifat menyebalkan Min Ji menurun dari appanya. Just like father like daughter.

“Aniyo, aku tak menyukai siapapun”, sergahku.

Dan kulirik dari kaca, Min Ji sedang menatapku  dengan tatapan kita-lihat-saja-nanti. Cih! Aku tak peduli.  Memangnya kenapa kalau aku memang menyukai seseorang?

>

Hari ini aku libur kuliah dan aku sangat bosan berada di rumah. Min Ji sedang sibuk bermasin PS bersama Kyuhyun di bawah, Donghae sedang ada acara keluarga, Kibum sedang menemani Hae Yeon berbelanja, dan Henry entah kemana. Hash, aku ke toko komik saja.

Aku menyetir mobilku dengan kecepatan yg cukup cepat, karena aku ingin segera sampai dan membaca komik. Yaah, setidaknya komiklah yg dapat menghiburku disaat aku merasa kesepian.

Setelah sampai aku segera memasuki toko komik yg baru saja dibuka ini.

“Annyeo— Nana?”, aku berniat menyapa seseorang yg berdiri di belakang meja kasir, namun aku sedikit terkejut  ketika yg kulihat adalah Nana.
“Apa yg kau lakukan disini?”, lanjutku.
“Ini tempat kerja sambilanku”, jawabnya santai.

Hmm.. kuakui ia semakin hari semakin cantik. Kenapa aku baru menyadarinya. Aku segera berjalan menuju rak-rak buku tempat komik-komik berada. Aku memutuskan hanya mengambil 4 komik dan membayarnya. Nemun, ketika berjalan mendekatinya, melihatnya yg sedang melayani seseorang, jantungku berdegup kencang. Oh Tuhan! Apa yeoja ini memang kau ciptakan untukku? Ketika melihatnya, sungguh mataku tak ingin lepas darinya.

“Na, kau pulang jam berapa nanti?”, tanyaku saat aku sudah berada tepat di depannya.
“Mungkin jam 6 sore nanti, waeyo?”
“Min Ji menyuruhku bilang padamu. Kami nanti ada acara makan malam dan ia ingin mengajakmu”, ucapku gugup.
“Jinjja? Dimana oppa?”, tanyanya terlihat senang.
“Blues resto jam 7 malam”, jawabku sambil menyerahkan komik yg ingin kubeli.
“Baiklah, akan kuusahakan”, ia tersenyum dan oh sungguh berbunganya hatiku saat ini.
“Dandanlah yg cantik, begitu pesan Min Ji”, aku segera memberi uang padanya dan mengambil komikku, setelah itu aku segera berlari menuju mobil.

Kim Nana, kau benar-benar membunuhku..

>

Aigoo, aku terlambat, eottokkhae? Hash!
Aku segera membuka pintu restaurant dan terperangah melihat pemandangan indah seorang gadis yg begitu menawan dengan gaun tanpa lengan diatas lutut berwarna jingga kemerahan seperti warna langit yg indah ketika matahari terbenam. Dan juga rambutnya yg ia kuncir kuda, cantik sekali.

“Mana keluargamu oppa?”, pertanyaannya membangunkanku dari keterpukauanku.
“Tak ada. Kita hanya berdua disini”, ucapku berusaha tenang sambil mempersilahkannya duduk.
“Jadi apa yg kita lakukan?”, tanyanya tanpa ekspresi terkejut mendengar jawabanku.
“Na, mungkin dulu kita mengawalinya dengan tidak enak, kita selalu bertengkar setiap saat, bahkan kau pernah sekali membenciku. Aku minta maaf. Jadi aku ingin kita memulainya dari nol”, jelasku dengan kata-kata yg sudah kususun di rumah tadi, bahkan aku sudah berlatih beberapa kali.
“Intinya?”, ia bertanya sambil menatapku dengan tatapan yg kurasa menantang.
“Maukah kau menjadi yeojachinguku? Kalau kau mau, terimalah kalung ini”, aku menyodorkan kalung  dengan liontin berbentuk anjing dan ada inisial EH disana.

Aku takut ia tak menerimaku mengingat dulu aku selalu membuatnya kesal. Aku hanya bisa berharap sambil memejamkan mata dan menundukkan kepala.

Grep!
Ah yes! Ia mengambil kalung itu!
Aku segera mengangkat kepalaku dan, mwo??!

“Donghae~ah?! Ya! Apa yg kau lakukan disini?!”, aku mendapati Donghaelah yg mengambil kalungku. Nana hanya menatapku dengan sangat tenang. Hash! Bocah sialan!
“Iya, aku mau menjadi yeojamu, oppa”, suara Donghae yg dibuat-buat membuatku muak.
“Pergilah!”, aku mengambil kembali kalung itu dan mengusirnya. Ia hanya tertawa cekikikan sambil berlalu meninggalkanku. Dasar!

“Nana, bagaimana?”, tanyaku ragu namun kali ini aku memberanikan diri untuk tak memejamkan mata.

Matanya terlihat menerawang. Kenapa ia tak segera menjawab pertanyaanku? Apa pertanyaan ini terlalu sulit untuk kau jawab, Na?

“Maafkan aku oppa”, ia mendekatkan tangannya kearah tanganku, namun ia tak mengambil kalung itu melainkan hanya menyentuh tanganku. Oh, harusnya aku sadar kalau akhirnya akan begini.
“Maafkan aku, aku tak bisa memakai kalung itu, maukah kau memakaikan kalung itu untukku?”, lanjutnya sambil tersenyum dan betapa terkejutnya aku mendengar ucapannya barusan. Oh, kau sungguh membuatku takut 3 detik yg lalu.

Aku langsung beranjak menghampirinya dan memakaikan kalung ini di lehernya, setelah itu aku langsung memeluknya sangat dalam dan sangat dalam.

“Gumawoyo”, bisikku di telinganya.

Prok! Prok! Prok!
Aku mendengar suara tepuk tangan dari beberapa orang. Aku segera melepaskan pelukanku dari tubuh Nana dan mendapati 8 pasang mata sedang memperhatikanku. Siapa lagi kalau bukan mereka? Dan bagaimana mereka bisa berada disini?!

>

Nana sangat senang diundang acara makan malam bersama keluarga Min Ji, jadi setelah Eunhyuk pulang, ia segera menelpon Min Ji untuk mengucapkan terima kasih.

Yeoboseyo?
“Min Ji~ah, gumawoyo”
Ne?
“Gumawo sudah mengundangku di acara makan malam keluargamu”
Makan malam apa?
“Eunhyuk oppa tadi memberitahuku kalau kau mengundangku di acara makan malam keluargamu di blues resto jam 7 malam”
Ah, ne. jangan terlambat ya”, tuut tuuut.

Min Ji segera memutus sambungan teleponnya. Baru saja ia menyadari apa yg akan direncanakan abangnya nanti malam karena memang nanti malam tak ada acara makan malam bersama keluarganya. Dan saat itu juga Min Ji langsung menelpon Kyuhyun tentang cerita Nana tadi. Nana dan Kyuhyun berniat membuntuti Eunhyuk  dan mereka sudah menghubungi keenam temannya yg lain.

Sesampainya disana, mereka sudah duduk berpencar di setiap sudut restaurant sebelum Nana datang. Namun, Donghae segera tertangkap oleh mata Nana, untung saja hanya Donghae dan Ahna yg kepergok oleh Nana, jadi mereka cukup berasalan bahwa kebetula mereka sedang kencan disana. Jadi itu juga alasan mengapa tadi Nana tak terkejut ketika Donghae yg usil mengambil kalung itu dari tangan Eunhyuk.

>

-Author’s POV-

“Chukkae, oppa”, Min Ji langsung berlari dan memeluk Eunhyuk yg tak tau harus berbuat apa saat ini.
“Ini pasti ulahmu, ‘kan?!”, bisik Eunhyuk sambil menjitak kepala dongsaengnya itu.

Nana segera melepas pelukannya di oppanya dan mendorong tubuh Eunhyuk agar menghampiri Nana.

“Na, mianhae aku membohongimu. Sebenarnya tak ada acara makan keluarga. Hanya saja kau membuatku gila”, ucap Eunhyuk apa adanya merasa bersalah telah membohongi Nana.
“Gwaenchanna. Setidaknya sekarang aku bahagia bisa mencintaimu”, kata Nana tulus sambil memeluk tubuh Eunhyuk.
“Na do saranghae, Kim Nana”, Eunhyuk mengecup puncak kepala Nana dan membalas pelukannya.

Kenangan dalam perahu itu memang sangat kuat dan tak akan pernah mereka lupakan. Karena kenangan itu yg membawa mereka kepada sebuah takdir.

-END-

Epilog

“Ehemm, jadi bagaimana dengan taruhan kita, Hyuk”, ucap Kyuhyun ditengah Eunhyuk dan Nana masih berpelukan.
“Taruhan apa?”, tanya Nana seraya melepas pelukannya.
“Oh, tidak. Kami dan Eunhyuk hanya taruhan kalau suatu saat ia menjadikanmu yeojachingunya”, jawab Kyuhyun santai.

Di sisi lain, mata Eunhyuk sudah berapi-api menatap ketujuh temannya dan satu dongsaengnya yg tertawa setan di depannya.

“Jadi kau hanya menjadikanku taruhan, Hyuk?!”, Nana sudah melepas kedua sandal high heelsnya dan siap ia lemparkan ke muka Eunhyuk.

Ia berlari bengejar Eunhyuk yg entah sejak kapan sudah kabur duluan. Di sisi lain, kedelapan makhluk yg berhasil mengerjai temannya itu sedang asyik menikmati makanan yg baru saja di pesan Eunhyuk, namun tak sempat ia makan karena keburu kabur.

Nana dan Eunhyuk sedang sibuk kejar-kejaran ala India, bedanya kalo di India yg ngejar yg cowok dan si cewek bawa selendang, kalo ini yg ngejar yg cewek sambil bawa high heels -_- Tapi gimanapun juga mereka pasangan yg cocok, ‘kan? -_- /maksa/

-END-

No comments:

Post a Comment